DESAIN
PEMBELAJARAN INTEGRATIF PAI DAN IPS DI SMP;
MEMBANGUN BINGKAI PERSATUAN MELALUI SHOLAT BERJAMAAH
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Integratif-Inklusif
Dosen Pengampu : Dr. H. Suwito, M. Ag.
Disusun Oleh:
Anis Zulia A’limatun Nisa
(1522606020)
PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2016
DESAIN PEMBELAJARAN INTEGRATIF PAI DAN IPS DI SMP;
MEMBANGUN BINGKAI PERSATUAN MELALUI SHOLAT BERJAMAAH
A. Pendahuluan
Gerakan
sosial sebagai eksistensi agama merupakan upaya mengurai peran agama dalam transformasi
sosial menuju masyarakat yang lebih adil, damai demokratis dan beradab. Keempat
kondisi masyrakata tersebut harus diutamakan karena situasi dan kondisi
indonesia saat ini hampir tenggelam. Menurut Robert Gurr yang dikutip oleh
Zayardam Zubir, keadaan tersbut bagaikan orang yang tenggelamn yang sudah
hampir di dagu, yang jika ditimpa ranting kecil pun akan tenggelam.[1]
Krisis
moral yang termuat di media massa menjadi rahasia publik, hampir semua media
membicarakan dekadensi moral yang terjadi saat ini. Dengan tidak mengatakan
gagal, sering kali krisis moral yang terjadi dikarenakan belum tercapainya
hakikat tujuan pendidikan itu sendiri. Dengan demikian, pandangan masyarakat
tertuju pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam
sebagai salah satu mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik.
Keimanan dan ketakwaaan manusia
merupakan dasar untuk mengembangkan kecerdasan manusia. Pasal 31 Ayat 3
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan bahwa pengembangan kecerdasan harus
didasari oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Hal tersebut menjadi sebuah
ukuran pengembangan kecerdasan peserta didik, yaitu cerdas yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak karimah. Didukung juga dengan Pasal 31 Ayat 5 yang
menjelaskan tentang cara pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan nilai-nilai agama.
Berawal
dari pemikiran di atas dan didasari sebuah kebutuhan untuk memberikan penekanan
yang lebih kuat pada pendididkan, maka upaya pembinaan keimanan dan ketakwaaan
peserta didik perlu dilakukan perluasan dan pengayaan, yakni tidak cukup
didekati secara monolitik melainkan integratif. Implementasi PAI
sebagai mata pelajaran perlu dikembangkan menggunakan strategi lain yang lebih
komplementer.
Pelaksanaan
pembelajaran PAI yang monolitik (menyendiri/ bersifat tafaqquh fid
din) serta adanya dikotomi ilmu yang terjadi antara Pendidikan Agama dan
pendidikan umum perlu diberikan sebuah jembatan sehingga keduanya tidak
sendiri-sendiri. Jika ditelusuri akar-akar epistemologi pada mata pelajaran
umum, seperti IPS dan IPA merupakan bukti nyata dari aplikasi PAI, bahkan
materi-materi yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat sudah dijelaskan
dalam Alquran.
Pendidikan
terpadu/ integratif merupakan salah satu model yang akan menghapuskan dikotomi
pendidikan, antara lingkungan sosial peserta didik yang berbeda suku, ras, dan
agama, antara norma-norma adat dan norma-norma agama, terkait juga persoalan
politik suatu bangsa. Pendidikan menjadi pencerahan bagi manusia dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari tanpa beban perbedaan. Pendidikan
integratif merupakan salah satu media untuk mengembangkan pendidikan yang humanis.[2]
Berdasarkan
uraian di atas, penulis mengangkat sebuah tema/ masalah yang terjadi saat ini
yaitu “retaknya bingkai persatuan”, tema tersebut akan dilihat dari dua sudut
pandang yakni dari mata pelajaran PAI
dan IPS. Dua mata pelajaran tersebut menjadi dasar dalam mendesain rancangan
pembelajaran integratif PAI.
B. Integrasi Pendidikan Agama Islam
(PAI) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam Pembelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan Islam menurut
Hasbullah merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber
dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam AL-Qur’an dan Sunnah
Rasul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[3] Dengan demikian ciri yang membedakan antara
pendidikan Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan ajaran Islam sebagai
pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya umat
manusia tersebut.
Sedangkan Haidar Putra Daulay
menyatakan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah pembentukan manusia yang
dicita-citakan, sehingga dengan demikian pendidikan Islam adalah proses
pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan Islam.[4] PAI adalah sebuah mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah/ madrasah, baik di pendidian anak usia dini
sampai perguruan tinggi, sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapan
peserta didik untuk mengenal,memahami, menghayati hingga mengimani
ajaran-ajaran agama Islam, dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama
lain sehingga tercipta kerukunan serta kesatuan dan persatuan bangsa.[5]
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk
mengarahkan dan membimbing manusia dalam hal ini peserta didik agar mereka
mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta
meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mengenai Agama Islam,
sehingga menjadi manusia Muslim, berakhlak mulia dalam kehidupan baik secara
pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan menjadi insan yang beriman hingga mati
dalam keadaan Islam.
Untuk mencapai tujuan pendidikan
agama Islam, menurut Amin Abdullah ada tiga tahapan, yaitu: pertama,
adalah mentransfer atau memberikan ilmu agama sebanyak-banyaknya kepada anak
didik. Dalam kegiatan ini, aspek kognisi anak didik menjadi sangat dominan. Kedua,
melakukan proses internalisasi nilai agama. Aspek kognitif dan afektif saling berkaitan dalam mata pelajaran Agama
Islam, aspek yang
kedua ini lebih diutamakan daripada yang pertama. Kalau pun tahapan kedua
tersebut sudah diutamakan dan memperoleh porsi yang memadai, selanjutnya yakni aspek psikomotorik. Aspek atau tahapan
ini lebih menekankan kemampuan anak didik untuk dapat menumbuhkan motivasi
dalam diri sendiri sehingga dapat menggerakkan, menjalankan dan mentaati
nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam dirinya sendiri
lewat tahapan kedua.
Kompetensi
dasar berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik
selama menempuh pendidikan yaitu sejak sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah,
merupakan basic untuk memeprkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Swt. kemampuan- kemampuan dasar tersebut merupakan penjabaran dari kemampuan
dasar umumyang harus dicapai di sekolah menengah pada umumnya.
2. Mata Pelajajaran PAI di Sekolah
Mata
pelajaran PAI adalah keseluruhan rumpun materi pendidian agama yang meliputi
rumpun Alquran dan Alhadis, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah dalam
rangka mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun
lingkungannya.
Mata pelajaran PAI merupakan salah satu mata pelajaran
(subject matter) yang dikemas dalam sebuah kurikulum dan harus diikuti oleh
peserta didik yang beragama Islam. Mata pelajaran PAI berfungsi sebaga
pengajaran gama Islam, proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai agama
Islam, rekonstruksi sosial dan sumber nilai dalam kehidupan masyarakat, dalam
rangka membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
serta berkahlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter
dan antarumat beragama.
Pada sekolah menengah pertama (SMP), kurikulum PAI
mempunyai kedudukan yang strategis untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
sejajar dengan mata pelajaran lainnya. Keberadaan PAI di SMP tidak terpisahkan
dari pendidikan nasional, yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni, yang
realisasinya membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikannya berakhlak mulia. Sejalan dengan
tujuan ini, maka semua mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik harus
mengandung muatan pendidikan akhlak yang harus diperhatikan setiap guru.
Di dalam rancangan kurikulum
PAI pada SMP, telah diuraikan secara terinci tentang kemampuan dasar lulusannya
sebagai berikut :
“Dengan landasan iman yang benar, siswa: (1)
mampu membaca Al-Qur’an, menulis dan memahami terjemahan ayat-ayat pilihan; (2)
mengetahui, memahami, dan meyakini unsur-unsur keimanan; (3) memahami sejarah
Nabi Muhammad Saw dan perkembangan agama Islam; (4) memahami fikih ibadah,
muamalah, munakahat, dan jinayat; (5) melaksanakan ibadah dalam kehidupan
sehari-hari; dan (6) berbudi pekerti luhur/berakhlak mulia”.[6]
Adapun
karakteristik mata pelajaran PAI di SMP adalah sebagai berikut:
a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok
(dasar) yang terdapat dalam agama Islam, sehingga PAI merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam.
b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok
yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran
lain yang bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik.
c. Diberikannya mata pelajaran PAI, khususnya di SMP, bertujuan untuk
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berbudi
pekerti yang luhur (berakhlak yang mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi Islam lainnya.
d. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat
menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana
peserta didik dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat.
e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada
pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/al-Hadits Nabi
Muhammad Saw.
f. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam,
yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.
g. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta
didik yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur).
h. PAI merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap peserta
didik, terutama yang beragama Islam, atau bagi yang beragama lain yang didasari
dengan kesadaran yang tulus dalam mengikutinya.
3. Mata Pelajaran IPS di Sekolah
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Perumusan mata pelajaran IPS didasrkan pada realitas dan fenomena
sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari
kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial.[7]
Soemantri
menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan.
Ilmu
pengetahuan sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Lingkugan masyarakat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian
dari masyarakat berhapan dengan berbagai permasalahan yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Adapun tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan
potensi pesrta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ksenjangan
yang terjadi, dan dapat mengatasi masalah sehari-hari, baik yang terjadi pada
diri sendiri maupun orang lai dan lingkungan.[8]
IPS
memilik karakteristik yang berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat
monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
disiplin ilmu-ilmu sosial. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/MTs
antara ain sebagai berikut:
a. IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, serta bidang
humaniora, pendidikan dan agama.
b. Standar kompetensi dan Kompetemsi Dasar IPS berasal dari
struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas
sedimikian rupa sehingga menjadi pook bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. SK dan KD dalam mata pelajaran IPS barkaitan dengan
masalah sosial yang dirumuskan dengan pedekatan interdisipliner dan
multidisipliner.
d. SK dan KD berkaitan dengan peristiwa dan perubahan
masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan
lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial seta upaya perjuangan hidup.[9]
Mata
pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap permasalahan, dalam implementasinya, perlu dilakukan
studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan
penghargaan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan, yakni dengan
cara mengembangkan berbagai model dalam pembelajaran.
C. Integrasi PAI dan IPS; Sebuah Upaya
Perintisan
Usaha untuk menjadikan
dasar epistemologi terhadap pertemuan antara nilai dan norma agama dengan ilmu
sosial sudah dikerjakan oleh Hidatjaat Nataamadja.[10]Dalam
realitas kehidupan masih ada pemahaman yang belum sinkron tentang hubungan
antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum karena dipahami ilmu agama
menempati ruang yang berbeda dengan ilmu-ilmu umum. Pemahaman tersebut
mengakibatkan adanya sikap yang mengarah pada pengambilan sekat atau jarak
untuk memberikan ruang yang berbeda antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu
pengetahuan, sehingga dilihat dari sudut pandang ini antara ilmu agama dan ilmu
pengetahuan sangat sulit disatukan dengan metode dan cara tertentu.
Paradigma interkonektif-integratif
dapat dipahami sebagai upaya membangun kerjasama yang efektif dan mendalam
sedemikian rupa antar berbagai disiplin keilmuan sehingga terjadi komunikasi
efektif dari bangunan-bangunan keilmuan, baik keilmuan agama, keilmuan sosial,
humaniora, maupun kealaman. Secara
normatif- konseptual, dalam agama tidak ada dikotomi ilmu.
Jika selama ini terdapat
sekat-sekat yang sangat tajam antara “ilmu” dan “agama” dimana keduanya seolah
menjadi entitas yang berdiri sendiri dan tidak bisa dipertemukan, mempunyai
wilayah sendiri baik dari segi objek-formal-material, metode penelitian,
kriteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuwan hingga institusi
penyelenggaranya. Maka tawaran paradigma integratif-interkoneksi berupaya
mengurangi ketegangan-ketegangan tersebut tanpa meleburkan satu sama lain tetapi
berusaha mendekatkan dan mengaitkannya sehingga menjadi “bertegus sapa” satu
sama lain.[11]
D. Materi PAI dan IPS yang
Diintegrasikan
1. Sholat Berjama’ah
Pada dasarnya sholat utama adalah
sholat yang dilaksanakan secara berjamaah, sholat berjamaah dilakukan oleh dua
orang atau lebih, dimana salah satu dari di antara yang melaksanakan
berkedudukan menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum. Artinya, sholat ini
dilakukan secara bersama-sama, baik di masjid, mushalla, maupun di rumah,
dengan syarat ada imam dan ada makmumnya, sekurang-kurangnya terdiri atas dua
orang yakni imam dan makmum. Cara mengerjakannya, imam berdiri di depan dan
makmum di belakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh
mendahului.
Sholat yang dilakukan secara
berjamaah lebih baik dan lebih utama dari shalat yang dilakukan sendirian
(munfarid). Sholat berjamaah menjadi simbol persatuan ummat Islam. Bahkan
sholat berjamaah selalu menjadi tolak ukur kekuatan ummat Islam.
2. Kehidupan Sosial Manusia
Menurut Selo Soemardjan, proses sosial adalah hubungan timbal balik antara manusia
(individu) dengan berbagai segi kehidupan bersama. Oleh sebab itu, proses
sosial mempunyai pengertian yang cukup luas, di mana di dalamnya mencakup
hubungan timbal balik antara manusia dengan segi ekonomi, manusia dengan
budaya, manusia dengan politik, dan juga antara manusia dengan manusia lainnya
di dalam suatu kelompok masyarakat.
Proses
sosial adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang
manusia, di mana setiap manusia pasti melaluinya. Terjadinya proses sosial
sebab manusia adalah makhluk sosial (homo socius). Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari keberadaan orang lain di
sekitarnya. Interaksi sosial adalah bentuk umum drai proses sosial, yang berupa
hubungan dinamis, baik antarindividu, individu dengan kelompok, atau
antarkelompok sosial. Interaksi dapat menjadi media untuk mempertahankan
berbagai norma yang berlaku di masyarakat.[12]
Pada
tabel silabus pembelajaran mata pelajaran PAI semester Ganjil kelas VII di SMP
tertuliskan:
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
7. Memahami tatacara shalat jamaah dan munfarid (sendiri)
|
7. 1 Menjelaskan pengertian
shalat jama’ah dan munfarid
7.2 Memperaktikkan shalat
jama’ah dan shalat munfarid
7.3 Menganalisis keutamaan sholat berjamaah
|
Pada
tabel silabus pembelajaran IPS semester Ganjil kelas VII di SMP tertuliskan:
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
2. Memahami kehidupan sosial manusia.
|
2.1 Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial
2.2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai
proses pembentukan kepribadian
2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial
2.4 Menguraikan proses interaksi sosial
|
SK
dan KD pada mata pelajaran PAI dan IPS adalah sebuah produk awal yang
tertera pada Buku panduan (Silabus dan RPP). Produk awal tersebut nantinya akan
dikembangkan menjadi buku panduan model pembelajaran tematik integratif PAI dan
IPS, yang isinya meliputi silabus integratif PAI dan IPS, RPP tematik
integratif, serta langkah-langkah/ skenario pembelajaran.
Berikut
ini adalah model prosedural pengembangan pembelajaran tematik integratif PAI
dan IPS.
E. Sintak Desain Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran
tematik integratif sebagai upaya memadukan pokok bahsan atau sub pokok bahsan
antar bidang studi atau yang disebut lintas kurikulum, atau lintas bidang
studi.[13]
Pembelajaran akan lebih efektif, apabila
pendidik dapat menghubungkan dan mengintegrasikan antara pelaksanaan
pembelajaran di sekolah dengan temuan di lapangan. Dalam pembelajaran tematik
integratif, pendidik adalah kurikulum aktual yang harus mengintegrasikan dalam
aktifitas pembelajaran.[14]
Langkah
pembelajaran tematik integratif mengikuti tahap-tahap yang dilaksanakan dalam
setiap model pembelajaran, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan dalam tahap ini antara lain:
a. Menentukan jenis mata pelajaran yang diin-tegrasikan,
antara pelajaran PAI dengan IPS di SMP.
b. Melakukan pemetaan kompetensi dasar.
Kegiatan pemataan ini dilakukan
untuk memperoleh gambaran menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema yang
dipilih. Dalam pemetaan, meliputi dua kegioatan, pertama, menjabarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator, dengan
memperhatikan kese-suaian dengan karakteristik siswa, kesesuaian dengan
karakteristik mata pelajaran, dan merumuskan dalam kata kerja operasional, kedua,
menentukan tema yaitu dengan cara mempelajari standar kompetensi
dankompetensi dasar yang terdapat dalam setiap mata pelajaran, menetapkan
tema-tema keterpaduan, meperhatikan prinsip-prinsip dalam menentukan tema
yaitu, memperhatikan lingkungan yang dengan siswa, dari yang termudah menuju
yang tersulit, dari yang sederhana menuju yang komplek, dari yang kongkrit
menuju yang abstrak, serta memungkinkan terjadinya proses berpikir peserta
didik.
c. Menetapkan jaringan tema
Menentukan
satu tema yang dikembangkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari
masing- masing mata pelajrana yang akan diintegrasikan.
d. Menyusun silabus
Komponen silabus
tematik-integratif meliputi komponen, tema, komnpetensi dasar, skenario pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
e. Menyusun RPP
Komponen
RPP tematik integratif meliputi identitas nama pelajaran (nama pelajaran,
kelas, semester, dan alokasi waktu), standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator yang akan dicapai, tuuan pembelajaran, materi p[okok, strategi yang
digunakan, skenario pem,belajaran, alat dan media serta penilaian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap
pelaksanaan pembelajaran tematik integratif meliputi tiga tahap:
a. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan
pendahuluan merupakan kegiatan untuk mengkondisikan serta menciptakan awal
pembelajaran agar peserta didik fokus. Kegiatan ini meliputi, memberi salam,
berdoa, apersepsi, mereview pelajaran lalu, memberikan overview tentang tujuan
dan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam pembelajaran.
b. Kegiatan inti
Kegiatan
inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif yang
menekankan proses pembentukan pengalaman belajar siswa. Kegiatan tersebut meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru memutar video yang terkait tema
2) Siswa mengidentifikasi isi video yang berisi tema untuk
didiskusikan di kelas
3) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan mata plajaran yang diintegrasikan
4) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas
5) Guru memberikan klarifikasi tentang hasil diskusi peserta
didik
c. Kegiatan akhir
Kegiatan
akhir merupakan rangkaian dari kegiatan inti sebelum dilaksanakan tahap yang
terakhir, yakni tahap evaluasi. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh pendidik
pada kegiatan akhir antara lain:
1) Guru merangkum pembelajaran yang baru dilaksanakan
2) Pendidik dan peserta didik melakukan refleksi tentang
pesan-pesan moral yang terkandung dalam pembelajaran yang telah diklaksanakan
3) Pemdidik m,emberi tugas untuk dikerjakan di rumah
4) Pendidik memberikan apresiasi kelas yang semangat dan
aktif di kelas, serta memberi motivasi kepada perta didik yang belum maksimal
dalam mengikuti pembelajaran
3. Tahap Evaluasi
Tahap
evaluasi sebagi tahap yang terakhir dalam pelaksanaan pembelajaran bertujuan
untuk mendapatkan informasi secasr berkala, berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil dari perkembangan peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran. Adapun tujuan evaluasi pembelajaran tematik-integratif adalah
sebagai berikut, mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapokan,
memperoleh umpan balik bagi pendidik untuk mengetahui hambatan yang terjadi
dalam pembelajarn dalam rangka untruk meningkatkan mutu pembelajaran, memperoleh
gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan serta sikap
peserta didik, sebagai acuan dalam menentukan perbikan pembelajaran yang akan
datang.
Bentuk
evaluasi pembelajaran tematik-integratif mata pelajaran PAI dan IPS antara
lain:
a. Evaluasi Formal
Bentuk evaluasi formal merupakan
evaluasi yang disudah dijadwalkan oleh sekolah, antara lain Ulang Harian I,
Ujian Tengah Semester (UTS), Ulangan Harian II, dan Ujian Akhir Semester (UAS).
Pelaksanaan evaluasi formal dilaksanakan sesuai agenda pembelajaran pada mata
pelajaran yang lainnya.[15]
b. Catatan Peserta Didik
Catatan
belajar yang dibuat oleh peserta didik dijadikan evaluasi pembelajaran, catatan
tersebut dinilai oleh pendidik untuk mengetahui sebarapa dalam peserta didik
menangkap materi pembelajaran secara tertulis. Evaluasi melalui catatan peserta
didik dimaksudkan agar peserta didik latihan membuat ringkasan, sekaligus
dipaksa untuk memperhatikan uraian yang disampaikan oleh pendidik dengan baik.[16]
c. Review
Setiap memulai pembelajaran tmatik-integratif
selalu diadakan tinjauan ulang atas materi pemebelajaran sebelumnya. Tinjuan
ulang tersebut dilakukan dengan cara pendidik mengulas kembali inti materi
pembelajaran sebelumnya, serta pendidik meminta pada peserta didik untuk
menjelaskan materi pada pembelajaran sebelumnya. Hal tersebut penting untuk
dilakukan, agar pendidik mengetahui perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu.[17]
d. Tingkah Laku
Evaluasi
melalui tingkah laku, dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tingkah laku
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tematik integratif PAI dan IPS.[18]
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Tematik Integratif PAI, Ibadah Sholat dan Keteraturan Sosial
1. Perencanaan
Desain
perencanaan pembelajaran tematik integratif PAI dengan IPS ini mengadaptasi
dari model Desain Dick, Carey &Carey yang dikutip oleh Sunhaji. Langkah
awal dalam desain pembelajaran tematik-integratif PAI dengan IPS adalah menentukan
kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah
menempuh pembelajaran. Dari kompetensi dasar tersebut kemudian dijabarkan ke
dalam indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun kompetensi
dasar dan tujuan serta tema yang menjadi pokok kajian pembelajaran
tematik-integratif PAI dengan IPS adalah sebagai berikut:
No
|
Mata Pelajaran
|
Kompetensi Dasar
|
Materi Pokok
|
Tema/ Masalah
|
1.
|
PAI
|
Menganalisis keutamaan sholat berjamaah
|
Keutamaan Sholat Berjamaah
|
Membangun persatuan melalui sholat berjamaah dan
sosialisasi
|
2.
|
IPS
|
Menguraikan proses interaksi sosial
|
Proses sosial asosiatif dan disosiatif
|
2. Skenario Pembelajaran
Tahap-tahap
pembelajaran dengan model terpadu (Integrated Model) PAI dan IPS kelas
VII semester ganjil berbasis masalah. Adapun masalah yang diaji adalah
“retaknya bingkai persatuan”.
Tahap
|
Prosedur
Pembelajaran
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Alokasi Waktu
|
Media/ Sumber
|
I
|
Kegiatan Awal/ Pendahuluan
|
1. Memberi salam
2. Berdoa
3. Apersepsi
4. Mereview pelajaran
sebelumnya
5. Memberikan overview
tentang tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran
|
15 menit
|
LCD, Proyekyor, komputer Video tentang tawuran antar
pelajar berdurasi 5 meni.
|
II
|
Kegiatan Inti
|
1. Eksplorasi:
Guru
menunjukkan permasalahan “potret retaknya persatuan (ukhuwah islamiyah)”
2. Elaborasi
a. Pendidik membagi peserta didik
menjadi 4 kelompok.
b. Pendidik memberikan tema yang
didiskusikan pada masing-masing kelompok.
c. Peserta didik berdiskusi sesuai
dengan tema yang diperoleh.
3. Konfirmasi
Setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelomok lain menanggapi.
|
60 menit
|
Laptop, LCD dan Proyektor, Daftar tema yang
didiskusikan, potret lingkungan sekitar, buku yang berkaitan dengan materi,
berita dari media.
|
III
|
Kegiatan Penutup &Follow up
|
1. Pendidik menyimpulkan hasil
diskusi
2. Pendidik memberikan tugas
3. Pendidik memberikan pesan moral
terkait materi keutamaan sholat berjamaah secara sosial
|
15 menit
|
Video tentang persatuan dan kesatuan durasi 5 menit,
buku ensiklopedia Islam, lembar penilaian.
|
3. Media/ Sumber Belajar
Adapun media dan sumber-sumber belajar yang
digunakan antara lain: laboratorium, alam semesta, internet, dan peristiwa yang
berkembang di masyarakat.
4. Evaluasi Pembelajaran
Bentuk
evaluasi pembelajaran integrasi mata pelajaran PAI dan IPS di SMP N 1 Harapan
Bangsa, antara lain: evaluasi formal, catatan peserta didik, review, dan
observasi.
G. RPP Pembelajaran Tematik
Integratif PAI dan IPS
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERINTEGRASI
Satuan
Pendidikan : SMP N 2 Purwokerto
Mata
Pelajaran : PAI (Integrasi
IPS)
Kelas/
Semester : VII/ Ganjil
Standar
Kompetensi : Memahami tatacara sholat
munfarid dan sholat berjamaah
Alokasi
Waktu : 2x 45 Menit
A. Kompetensi Dasar :
Mendiskripsikan
keutamaan sholat berjamaah bagi kehidupan sosial
B. Indikator :
1. Menjelaskan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial
2. Mendiskripsikan berbagai cara membangun persatuan
3. Mendiskripsikan manfaat interaksi sosial dalam sholat
berjamaah (Integrasi IPS)
C. Tujuan Pembelajaran:
1. Peserta didik mampu menjelaskan kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial
2. Peserta didik mampu mengidentifikasi keutamaan sholat
berjamaan
3. Peserta didik mampu membangun persatuan ukhuwah
islamiyah melalui sholat berjamaah
D. Materi
1. Keutamaan sholat berjamaah
2. Proses sosial melalui sholat berjamaah
E.
Model
dan Metode Pembelajaran
Model
: Kooperatif Learning
Metode
Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan presentasi
F.
Sumber,
Alat, dan Bahan Pembelajaran
Modul
pembelajaran PAI dan IPS, Laptop, LCD, Video.
G. Langkah- Langkah Pembelajaran
Tahap
|
Prosedur
Pembelajaran
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Alokasi Waktu
|
I
|
Kegiatan Awal/ Pendahuluan
|
1. Memberi salam
2. Berdoa
3. Apersepsi
4. Mereview pelajaran
sebelumnya
5. Memberikan overview
tentang tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran
|
15 menit
|
II
|
Kegiatan Inti
|
1. Eksplorasi:
Guru menunjukkan permasalahan “potret retaknya
persatuan (ukhuwah islamiyah)”
2. Elaborasi
Pendidik membagi peserta didik menjadi 4 kelompok.
Pendidik memberikan tema yang didiskusikan pada
masing-masing kelompok.
Peserta didik berdiskusi sesuai dengan tema yang
diperoleh.
3. Konfirmasi
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan
kelomok lain menanggapi.
|
60
menit
|
III
|
Kegiatan Penutup &Follow up
|
1. Pendidik menyimpulkan hasil
diskusi
2. Pendidik memberikan tugas
3. Pendidik memberikan pesan moral
terkait materi keutamaan sholat berjamaah secara sosial
4. Menutup pembelajaran/
mengucapkan salam
|
15 menit
|
H. Penilaian
1. Hasil Laporan Kelompok
2. Catatn Peserta didik
3. Review
4. Tingkah laku
Format
Penilaian Diskusi
No.
|
Nama
|
Aspek Pengamatan
|
Nilai/ Skor
|
||
Kerja sama
|
Keaktifan
|
Hasil Kerja
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Purwokerto,
23 Maret 2016
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran PAI
H. Analisis Kritis
Perangkat
Pembelajaran seperti Silabus, RPP yang akan diimplementasikan dalam
pembelajaran belum menggambarkan keterpaduan antara mata pelajaran satu dengan
mata pelajaran lain. Bisa dilihat dari silabus PAI yang ada masih bersifat monolitik
yakni lebih banyak fokus pada kajian keagamaan, belum menyentuh hal-hal yang
terkait dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Pada
dasarnya, pembelajaran PAI adalah integrasi dari beberapa keilmuan, keilmuan
tersebut diambil dari ayat kauliyah dan ayat kauniyah yang diintegrasikan. Jika
materi PAI di SMP diambil dari Alquran dan Alhadis serta dikaitkan dengan
lingkungan, baik lingkungan alam, sosial dan budaya, akan tercipta hubungan
vertikal sebagai tafakuh fi din dan hubungan horisontal sebagai hasil
dari belajar dengan lingkungan. Ada keseimbangan antara hablun minallah,
hablun minanas dan hablun minal alam.
DAFTAR
PUSTAKA
Hartono. Pendidikan Integratif. 2011.
Purwokerto: STAIN Press.
http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/08/interaksi-sebagai-proses-sosial.html,
pada hari jumat, 1 April 2016.
Kuntowijoyo. Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi. 1998. Bandung; Mizan.
M. Amin
Abdullah. Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan
Integratif-Interkonektif. 2013. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Marimba, Ahmad D. Filsafat Pendidikan Islam. 1984.
Bandung: PT. Al-Maarif.
Muhaimin. Paradigma
Pendidikan Islam. 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Putra
Daulay, Haidar. Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.
2004. Jakarta: Kencana.
Sudarto, Wacana
Islam Progresif. 2014. Yogyakarta: IRCiSoD
Sunhaji. Pembelajaran
Tematik-Integratif; Pendidian Agama Islam dengan Sains. 2013. Purwokerto:
STAIN Press.
Trianto. Model
Pembelajaran Terpadu. 2014. Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Sudarto, Wacana
Islam Progresif, Yogyakarta: IRCiSoD, 2014), hlm. 58.
[2] Sunhaji, Pembelajaran
Tematik-Integratif; Pendidian Agama Islam dengan Sains, (Purwokerti: STAIN
Press, 2013), hlm. 8-9.
[3] Ahmad D
Marimba, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Maarif, 1984), hlm.
23.
[4] Haidar Putra
Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 3.
[5] Sunhaji, Pembelajaran
Tematik-Integratif; Pendidian Agama Islam dengan Sains, (Purwokerti: STAIN
Press, 2013), hlm. 153.
[6] Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam, (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.105.
[7] Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 171.
[8] Pernyataan
tersebut dikutip oleh Trianto dari Awan Mutakin, Model Pembelajaran Terpadu,
( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 176.
[9] Trianto, Model
Pembelajaran Terpadu, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 175.
[10] Dikutip Kuntowijoyo, dari buku Hidaatjat
Nataamadja. Menurutnnya Agama lebih pasti dari pada ilmu, karena tidak mengenal
relativisme moral. Agam di atas ilmu, dan ilmu harus diturunkan dari Agam. Dia
ingin membalikkan kenyataan yang meletakkan ilmu di atas agama. Pengintegrasian
nilai dan norma agama dengan ilmu memerlukan landasan filsafat. Kuntowijoyo, Paradigma
Islam Interpretasi Untuk Aksi, ( Bandung; Mizan, 1998), hlm. 321.
[11] M.
Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. Ke III, 2013), hlm. 431.
[12] Dikutip dari
artikel yang diakses di http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/08/interaksi-sebagai-proses-sosial.html,
pada hari jumat, 1 April 2016.
[13] A. James, Beane, Integrated Curriculum...melalui
Sunhaji, Pembelajaran
Tematik-Integratif; Pendidian Agama Islam dengan Sains, (Purwokerti: STAIN
Press, 2013), hlm. 95.
[14] Sunhaji,
Pembelajaran Tematik-Integratif; Pendidian Agama Islam dengan Sains, (Purwokerti:
STAIN Press, 2013), hlm. 95.
[15] Hartono, Pendidikan Integratif, (Purwokerto:
STAIN Press, 2011), hlm. 138.
[16] Hartono , Pendidikan Integratif, (Purwokerto: STAIN Press, 2011), hlm. 138.
[17] Hartono , Pendidikan Integratif, (Purwokerto: STAIN Press, 2011), hlm. 138.
[18] Hartono , Pendidikan Integratif, (Purwokerto: STAIN Press, 2011), hlm. 138.