Pendidikan sebagai media menjadi Insan Kamil

Senin, 30 November 2015

Menjembut Desember Di Akhir Tahun

November,

Tentang November yang berakhir
di November ini,
janji suci antara dua hati
mengungkap rasa, di pertigaan malam
tutur kata, yang
menghiasi malam kemarin
membangun pondasi keluarga
antara aku dan kamu

di November ini,
wajahmu, berada di antara mimpi-mimpi
kau jemput impian
meninggalkanku, seorang diri
namun,
kini, kau datang
menemuiku
di antara senja
tempo hari

di November ini,
ku rangkai sepenggal kisah
di mana,
aku sendiri
melawan malas dan jenuh
di mana,
kau dan aku,
kembali
mengikat janji suci

30 November 2015

Minggu, 29 November 2015

MAKALAH

PENDIDIKAN TERPADU; KAJIAN TEORI DAN PRAKTIS







Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teori-Teori Pendidikan Integratif
Dosen Pengampu : Dr. Ahsan Hasbullah, M.Pd.




Disusun Oleh:
Ade Setiawan (1522606018)
Anis Zulia A’limatun Nisa (1522606020)
Sareh Siswo Setyo Wibowo (1522606033)




PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2015


PENDIDIKAN TERPADU; KAJIAN TEORI DAN PRAKTIS
A. Pendahuluan
Arus globalisasi telah melanda kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah globalisasi membawa perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual maupun material. Kebutuhan baru, aspirasi baru dan sikap hidup yang baru juga merupakan dampak dari perkembangan pengetahuan dan teknologi. Sehingga hal-hal tersebut menuntut adanya perubahan dalam sistem dan isi pendidikan.
Pendidikan berperan sebagai penyeimbang (balancing) terhadap kemajuan zaman dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Kenyataanya, pendidikan di Indonesia belum berperan sepenuhnya, tujuan pendidikan belum terwujud, hal ini untuk tidak mengatakan pendidikan yang gagal. Pendidikan telah kehilangan landasan filosofis, hal tersebut berdampak pada output yang telah berproses. Akhlak yang menjadi inti dari pendidikan belum melekat pada diri peserta didik, tidak terwujudnya tujuan pendidikan, terkadang masih menyalahkan pihak-pihak tertentu, jika seperti itu konsep pendidikan masih terlihat adanya dikotomi, dalam kata lain belum terpadu/terintegrasi.
Modernisasi menuntut diferensiasi sistem pendidikan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi berbagai diferensiasi sosial, tehnik, dan manajerial. Antisipasi dan akomodasi tersebut haruslah dijabarkan dalam bentuk formulasi, adopsi dan implementasi kebijaksanaan pendidikan dalam tingkat nasional, regional dan lokal. Dalam konteks modernisasi administratif ini, sistem dan lembaga pendidikan Islam perlu mensimbiosis ke dalam sistem sekolah. Selain itu, Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, perlu diimplementasikan melalu pembelajaran terpadu. Agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.





B. Konsep Pendidikan Terpadu
1. Pendidikan Terpadu
Secara historis-sosiologis, pendidikan terpadu lahir sebagai implikasi dari proses perkembangan perubahan paradigma pengembangan pendidikan Islam sejak abad pertengahan, dimana tercipta dikotomi antara pendidikan agama yang menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu agama dengan pendidikan umum yang menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu non agama (pengetahuan).
Pendidikan terpadu merupakan salah satu wujud implementasi paradigma yang berusaha mengintegrasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik, serta mampu melahirkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, memiliki kematangan professional sekaligus hidup dalam nilai-nilai islami.
Pada hakikatnya pendidikan terpadu adalah pendidikan yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum. Pendidikan terpadu juga menekankan keterpaduan sehingga nantinya dapat mengoptimalkan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Pendidikan terpadu memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah, sehingga dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.

2. Konsep Pendidikan Terpadu
Konsep pendidikan terpadu ini telah menjadi topic pembicaraan di kalangan cendekiawan Islam sejak beberapa dasawarsa terakhir. Ia merupakan kristalisasi dari rekomendasi Konferensi Dunia tentang pendidikan Islam pertama yang diselenggarakan di Mekkah. Ide tersebut terus bergulir ke berbagai Negara, bahkan di Negara-negara non muslim.
Di Indonesia, ide tersebut agak terlambat sampainya, karena situasi yang tidak kondusif dan baru memperoleh momentumnya pada era reformasi dengan banyaknya bermunculan sekolah Islam terpadu, mulai dari tingkat dasar sampai menengah atas. Dengan adanya sekolah-sekolah Islam terpadu, maka muncullah jaringan sekolah Islam terpadu (JSIT) di seluruh Indonesia.
Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang mempu membentuk kepribadian peserta didik. Kepribadian seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman belajar. Untuk membangun sekolah yang menggairahkan, maka proses belajar mengajar dibangun dalam enam konsep umum, yaitu:
a. Rabbaniyah
Dalam prakteknya, kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan terpadu hendaklah mengacu pada nilai-nilai Rabbani. Aktivitas rabbaniyah hendaknya berlangsung terus menerus selama proses pembelajaran. Bentuk aktivitas Rabbaniyah meliputi aplikasi dzikir, fikir, tadabur, dan aplikasi amal. Sebagai contoh ketika menjelaskan fenomena alam seperti hujan, banjir, gempa bumi, energi dan sebagainya dikaitkan dengan keagungan, kebesaran Allah dan isyarat-isyarat dalam Al-qur’an dan As-Sunnah.
b. Integratif
Konsep umum pembelajaran yang kedua ialah integratif. Konsep integratif dapat berarti bahwa dalam proses pembelajaran memadukan secara utuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Konsekuensinya, kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan menggunkan berbagai pendekatan, metode dan sarana belajar. Belajar tidak hanya berlaku pada pembahasan konsep-konsep dan teori belaka. Sehingga setiap pokok bahasannya harus bisa membimbing mereka untuk masuk pada aplikasinya.
c. Stimulatif
Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi yang optimal kepada peserta didik. Memberi stimulasi yang optimal sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifatnya dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan dan daya serap anak dalam kontek belajar.
d. Fasilitatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu meyediakan seluas-luasnya sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar harus diperluas tidak hanya di lingkungan sekolah namun juga di lingkungan alam sekitarnya, masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, masjid, pasar, tokoh dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan informal juga dijadikan media bagi proses belajar mereka, seperti dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas ibadah, aktivitas kebersihan, aktivitas sosial.
e. Inovatif
Dalam sebuah inovasi pembelajaran, sebuah inovasi hendaklah mengarahkan desain pembelajaran untuk selalu bervariatif dan dinamis. Dalam membuat inovasi pembelajaran guru dituntut untuk menemukan dan menuangkan ide-ide baru tentang model pembelajaran yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam. Sejalan dengan hal tersebut berbagai kegiatan belajar mengajar perlu didesain untuk menciptakan konsentrasi dan ketertarikan belajar siswa. Proses inovasi pembelajaran, misalnya dimulai dari beragam langkah pembelajaran baik media, sumber atau evaluasi belajar.
f. Motivatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need achievement pada setiap siswa, maka dia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk meraih prestasi. Sehingga untuk dapat membangkitkan kebutuhan siswa agar berprestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang.


3. Tujuan Pendidikan Terpadu
Tujuan umum pendidikan terpadu adalah membina peserta didik untuk menjadi insan muttaqqin (manusia bertaqwa) yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi umat manusia, dengan rincian karakter sebagai berikut :
a. Aqidah yang bersih (salimul aqidah)
Meyakini Allah SWT sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa alam semesta dan menjauhkan diri dari segala fikiran, sikap, perilaku bid’ah, khurafat dan syirik.
b. Ibadah yang benar (shahihul ibadah)
Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah yang meliputi shalat, shaum, tilawah Al-Qur’an, dzikir dan do’a sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.
c. Pribadi yang matang (matinul khuluq)
Menampilkan perilaku yang santun, tertib, disiplin, peduli terhadap sesama dan lingkungan serta sabar, ulet dan pemberani dalam menghadapi masalah hidup sehari-hari.
d. Mandiri (Qadirun ‘alal kasbi)
Mandiri dalam memenuhi segala keperluan hidupnya dan memiliki bekal yang cukup dalam pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam usaha memenuhi kebutuhan nafkahnya.
e. Cerdas dan berpengetahuan (mutsaqoful fikri)
Memiliki kemampuan berfikir yang kritis, logis, sistematis dan kreatif yang menjadikan dirinya berwawasan luas dan menguasai bahan ajar dengan sebaik-baiknya serta cermat dalam mengatasi segala problem yang dihadapi.
Sistem pendidikan terpadu bertujuan untuk menghasilkan insan yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang mantap, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keterampilan fungsional sehingga dapat hidup mandiri serta berperan aktif dan positif dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.
Landasan dan misi khusus yang diemban sistem pendidikan terpadu itu mewarnai rincian tujuan khusus yang secara eksplisit mencanangkan keterpaduan operasional dari karakteristik manusia yang diungkap dalam tujuan umum. Tujuan-tujuan khusus sebagai rincian terpadu dari tujuan umum itu mewarnai dan menentukan arah kependidikan dan pengajaran dalam bentuk kurikulum serta mewarnai dan menentukan seluruh konsep pendidikan pada sistem pendidikan terpadu.
Senada dengan tujuan dalam proses pendidikan Islam yaitu idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Tujuan Pendidikan Islam merupakan penggambaran nilai-nilai islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari proses pendidikan tersebut. Ini mengacu pada tujuan pendidikan yaitu menciptakan manusia yang bertakwa.

C. Pelaksanaan Pendidikan Terpadu
1. Kurikulum Pembelajaran Terpadu
Kurikulum pada dasarnya adalah seperangkat rencana pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi dan dan bahan pelajaran tersebut disusun dalam bentuk program dan susunan pelajaran. Kurikulum sekolah terpadu disusun untuk mencapai tujuan pendidikan terpadu, baik tujuan kurikulum muatan nasional maupun tujuan kurikulum muatan lokal.
a. Kurikulum Pendidikan Nasional
Kurikulum muatan nasional terdiri atas program umum dan program pengajaran khusus. Program pengajaran umum bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya serta meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan minat sebagai dasar untuk memilih program khusus. Program pengajaran khusus dapat diklasifikasi menjadi program bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Program khusus bertujuan mempersiapkan peserta didik melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dalam bidang akademik dan profesional serta mempersiapkan peserta didik secara langsung atau tidak langsung bekerja di masyarakat. Setiap program pengjaran (program pengajaran khusus dan program pengajaran umum) terdiri dari sejumlah mata pelajaran atau bidang kanjian yang memiliki tujuan masing-masing yang maknanya bermuara pada pencapaian tujuan sekolah terpadu. Tujuan mata pelajaran atau bahan kajian dimuat dalam Garis-Garis Besar program pengajaran atau disebut standar isi.
b. Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal sebagai ciri dari sekolah terpadu diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja agar dapat mengisi berbagai pekerjaan dengan kualifikasi semi profesional atau untuk bekal hidup mandiri dengan cara berwira usaha.
Ada dua program pendidikan dalam kurikulum mutan lokal ini, yaitu : Program pendidikan agama dan Program keterampilan fungfsional. Program pendidikan agama bertujuan membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mengamalkan ajaran agamna dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan program keterampilan fungsional bertujuan mempersiapkan peserta didik agar memiliki pengetahuan dan wawasan tentang dunia kerja dan kualifikasi yang dipersyaratkan, sikap dan penggarapan terhadap kemandirian dan jiwa wiraswasta, keterampilan siap pakai untuk bekerja mencari nafkah.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Kurikulum terpadu merupakan suatu produk pengintegrasian bahan pelajaran dan berbagai maam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai di siplin ilmu. Menuurt Soetopo dan Soemanto, sebagaimana dikutip oleh Abdullah Idi, kurikulum terpadu dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :
a. The Child Centered Curiculum (Kurikulum yang berpusat pada anak)
b. The Social Function Curiculum (Kurikulum Fungsi Sosial)
c. The Experience Curiculum (Kurikulum Pengalaman)
d. Development Activity Curiculum (Kurikulum Pengembangan Kegiatan)
e. Core Curiculum
Pada prinsipnya, sekolah terpadu merupakan perubahan atas kegagalan yang dilakukan sekolah umum dan lembaga pendidikan Islam, untuk memadukan ilmu umum dan agama. Sehingga, dalam praktiknya, sekolah Islam terpadu melakukan pengembangan kurikulum dengan cara memadukan kurikulum pendidikan umum yang ada di Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), seperti pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain, serta kurikulum pendidikan agama Islam yang ada di Kementrian Agama (Kemenag), ditambah dengan kurikulum hasil kajian Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).
Bangunan keilmuan yang dikembagkan oleh model ini tidak dilihat secara dikotomis melainkan dilihat secara padu dan utuh (integral). Paradigma yang dibangun adalah bahwa kebenaran di jagad ini tidak akan lengkap hanya didekati oleh kerja nalar dan observasi yang disebut dengan kebenaran ilmiah. Selain itu ada kebenaran intuitif dan juga kebenaran wahyu. Pendidikan Islam Terpadu menginginkan penggalian kebenaran melalui sumber-sumber yang lebih komprehensif. Hal itu dapat ditemukan dengan cara memadukan berbagai sumber, baik yang bersifat ilmiah maupun yang dapat digali dari sumber kitab suci (al-Qur’an dan Hadits). Antara ilmu dan agama dilihat dan fungsikan secara padu, selain sama-sama untuk menggali kebenaran juga masaing-masing bersifat komplementer. Al-qur’an akan dapat dipahami secara lebih luas dan mendalam jika menyertakan ilmu dan sebaliknya ilmu akan berkembang jika mendapat inspirasi dari penuturan al-qur’an, yaitu bangunan keilmuan yang diharapkan mencerminkan universitas Islam.
2. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada anak. Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata di dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
c. Belajar Melalui Pengalaman Langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
d. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.
e. Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
3. Model-model Pembelajaran Terpadu
NO. Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
1. Terpisah (Fragmented )
Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih sedikit transfer pembelajaran
2. Keterkaitan /
Keterhubungan
( Connected )
Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Konsep–konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan ( review ), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent tetap terfokus pada satu disiplin ilmu
3. Berbentuk Sarang/
kumpulan ( Nested )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, dan kontent (c ontents skill ) dicapai di dalam satu mata pelajaran (subject area ) Memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran
4.
Dalam satu rangkaian
( Sequence )
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan, meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula
5. Terbagi ( Shared )
Perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap (attitudes ) yang sama Terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama; dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi
6. Bentuk jaring laba-laba
( Webbed )
Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran Dapat memotivasi murid-murid: membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan kontent
7. Dalam satu alur
( Threaded )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar ‘direntangkan' melalui berbagai disiplin Murid-murid mempelajari cara mereka belajar; memfasilitas transfer pembelajaran selanjutnya Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain
8. Terpadu ( Integrated)
Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu, dicari keterampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama Mendorong murid-murid untuk melihat keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu; murid-murid termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut Membutuhkan tim antar departemen yang memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama
9. Immersed

Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai ( area of interest ) Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu sendiri Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
10. Membentuk jejaring
( Networked )
Pelajar melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-upaya menjadi tidak efektif

Model-model pembelajaran terpadu tersebut ditinjau dari sifat materi, cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematisnya. Ada 10 model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty. Dari kesepuluh model pembelajaran hanya 3 model yang digunakan pada kurikulum yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.
Model pendidikan terpadu yang diterapkan dalam sekolah berbeda dengan sekolah-sekolah yang menggunakan label Islam yang selama ini berkembang. Lembaga-lembaga pendidikan yang menggunakan identitas Islam tersebut, masih terkesan pragmatis, serta secara epistimologis pada umumnya masih tetap mengacu kepada dualisme yakni adanya dikotomi antara ilmu Islam dengan umum. Sedangkan model pendidikan terpadu mengembangkan kedua ranah tersebut secara seimbang dan terpadu.



4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu :
Kelebihan tersebut antara lain:
a. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
b. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
c. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
d. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
e. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.

Kekurangan pembelajaran terpadu, antara lain:
a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

D. Telaah; Pengembangan Pendidikan Terpadu (Sains dan Agama)
Penerapan konsep integrasi dan interkoneksi keilmuan dalam lembaga pendidikan akan mewujudkan sistem pendidikan terpadu. Sehingga tidak ada dikotomi pendidikan yang nyata. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Murtadha Mutahari seorang ulama, filosof dan ilmuan Islam dalam tulisannya Konsep Pendidikan dalam Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik insani, di mana manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju kearah keduanya. Tetapi di lain pihak manusia selalu ingin dan memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains).
Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas agama dan akhlak atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak. Konsep pendidikan terpadu menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistic dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain.
Menurut Muhammad Natsir pendidikan itu mencakup: universal, integral dan harmonis. Pendidikan integralistik tersebut berdasarkan tauhid dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang mengabdikan diri kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya dengan misi mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Muhammad Natsir memandang Islam bukan hanya dalam pengertian yang sempit melainkan ajaran tentang tata hubungan manusia dengan Tuhan (hablumminallah), pandangan hidup dan sekaligus jalan hidup (way of life).
Pendidikan terpadu harus memperhatikan jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan.























KESIMPULAN
Pendidikan terpadu sebagai suatu proses yang mengedepankan pendekatan keterpaduan menjadikan peserta didik sebagai pusat/subyek serta mengutamakan pengalaman langsung. Dalam pembelajarannya pemisahahan atau dikotomi antar bidang studi tidak terlihat jelas bahkan hampir tidak ada karena konsep dari berbagai bidang studi dilaksanakan dalam satu proses dalam berlangsungnya pembelajaran. Hal ini menjadikan peserta didik bisa berkembang sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.
Penyelenggaraan pendidikan terpadu ditentukan oleh perencanaan program yang tepat dan terarah yaitu dilakukan dengan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan alokasi waktu, dana, kebutuhan, dan perkembangan anak dan peningkatan kompetensi guru yang berimplikasi pada perbaikan pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan pembelajaran terpadu membutuhkan pemikiran-pemikiran analitis dalam penyusunan rencana strategik yang membutuhkan kemampuan prediktif berdasarkan data dan fakta, sehingga kebutuhan-kebutuhan pelaksanaannya dapat terpenuhi pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kunci keberhasilan lembaga yang menerapkan pembelajaran terpadu terletak pada kemampuan sumber daya manusia dalam mengejawantahkan konsep-konsep ideal yang tertuang dalam kurikulum. Dengan kata lain, reliabilitas personal dan profesional para guru dan pengelola lembaga menjadi faktor dominan bagi tercapainya tujuan pendidikan terpadu serta memberi kontribusi terbesar bagi peningkatan akses masyarakat. Sehingga keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu akan membantu orangtua mengoptimalkan perkembangan anak.















DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam. 2012. Jakarta: Kencana.
Arifin, Zaina. Pengembangan Managemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. 2012.Yogyakarta: DIVA Press.

Rossidy, Imron. Pendidikan Berparadigma Inklusif. 2009. Malang: UIN Malang Press.
Muhaimin, dkk.Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. 2001. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Depdiknas. Model Pembelajaran Terpadu, Artikel . 2004. Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Saud, Udin. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar: Konsep Dasar dan Model-Model Implementasinya. 1996. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sri Anitah Wiryawan, Pikiran Rakyat, 11 April 2003.

http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html. Diakses pada tanggal 10 oktober 2015.
http://www.langkahpembelajaran.com/2014/10/pengertian-pembelajaran-terpadu-model.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.

Minggu, 22 November 2015

poetry

Nur Keabadian
Ku pijakkan kaki di hamparan bumi
Ku temukan secercah cahaya, dari
Sumber Cahaya, yang
Cahaya di atas cahaya
Menghiasi perjalanan panjang, dengan
Pancarannya,
Ku kembali pada_Mu Ya Ilahi
Cemara Wetan, 18 April 2015
Sebatas Teori
Hari ini berteori
Senja berteori
Dini hari berteori lagi
Senja berikutnya, kau uji teorimu
Teori, teori dan teori
Penuh teori
Kapan kau mengapalkannya?
Menunggu teori lain?
Sebatas teori, tak akan abadi

SH Cemara, 18 April 2015
Mendung di Wajahmu
Bening di kelopakmu,
Menggantung, bak embun di dedaunan
Matamu sayup
Terlihat mendung pula wajahmu
Sebentar lagi,
Hujan akan membanjiri
Halusnya pipi yang merona
Terukis kisah,
Antara kita,
Aku, kamu dan dia
SH Cemara, 18 April 2015
Talqin
Laa ilaha illa allah
Laa ilaha illa allah
Laa ilaha illa allah
Matamu telah dibutakan
Telingamu telah ditulikan
Anggota tubuhmu tak bergerak,
Malaikat maut menjemputmu
Karena sebuah taqdir
Taqdir kematian
Kau kembali kepada_Nya
Amalmu menemanimu,
Disaat talqin terucap
Kejernihan qolbumu
Masih mendengarkan, dan
Kau kembali menghadap Sang Maha
SH Cemara, 18 April 2015

Selasa, 10 November 2015

Kisah sebagai Materi dan Metode dalam Pendidikan Islam; Kajian Tafsir Atas Surat Al Qasas Ayat 76-84



Kisah sebagai Materi dan Metode dalam Pendidikan Islam; Kajian Tafsir Atas Surat Al Qasas Ayat 76-84[1]
1.      Pendahuluan
Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman telah dianugerahi oleh Allah beberapa mukjizat, mukjizat yang paling agung adalah kitab suci Al Quran. Al Quran sebgai kitab suci Ummat Islam berisi tentang ajaran yang diterima dari Allah.
Studi tentang kisah- kisah dalam Al Quran merupakan studi yang luas cakupannya sebab seperempat atau lebih dari Al Qur’an memuat tentang kisah-kisah. Al Quran memilki 30 jus, maka kisah menempati hampir 8 juz. Dengan porsi tersebut menunjukkan bahwa kisah-kisah di dalam Al Quran penting untuk dikaji.[2]  Sehingga di dalamnya terdapat sebuah surat bernama al Qishash. Satu surat tersebut tidak menafikan surat lain yang berisi kisah karena selain yang terdapat dalam surat tersebut juga masih banyak kisa-kisah yang terkandung dalam Al Quran Karim.
Sebagai wahyu, kisah-kisah yang terkandung dalam Al Quran memiliki karakteristik masing-masing yang berkaitan dengan sejarah. Menurut As Suyuti yang dikutip oleh Muhammad Chirzin, Kisah di dalam Al Quran tidak dimaksudkan untuk mengingkari sejarah lantaran sejarah dianggap salah dan membahayakan Al Quran, kisah-kisah dalam Al Quran merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran kepada umat manusia dan bagaimana mestinya manusia mengambil manfaat dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut.
Oleh karena itu kisah dalam Al-Qur’an memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an sehingga kita dapat mengambil pelajaran dan mengetahui relevansi kisah Al-Qur’an dalam pendidikan.
 


2.      Kisah
Dari segi bahasa, kata kisah berasal dari bahasa arab qashshu atau qishshotu yang berarti cerita. Kata tersebut sepadan dengan tatabbu’ul atsrari yaitu pengulangan kembali hal masa lalu. Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa yang saling berturut-turut. Qashshash Al Quran adalah pemberitaan Al Quran mengenai hal ikhwal umat terdahulu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa- peristiwa yang telah terjadi.[3] Menurut Hasbi al-Shididiy qishahul quran adalah kabar-kabar al-qur’an mengenai keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Dari pengertian yang dikemukakan diatas dipahami bahwa kisah yang ditampilkan Al Qur’an adalah kisah yang pernah terjadi di masa lampau untuk dijadikan pelajaran dan petunjuk bagi setiap orang untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
Al Quran banyak mengandung kejadian di masa lalu, Al Quran menceritakan keadaan zaman dulu dengan cara yang menarik sehingga membuat pembaca dan pendengar tertarik untuk mengkaji ayat-ayat tentang kisah. Kisah yang ditampilkan disesuaikan dengan maksud dan tujuan, oleh karena itu terkadang ada beberapa ayat yang diulang-ulang dalam mengisahkan suatu peristiwa.
Dengan demikian sebagaimana dinyatakan oleh Sayyid Qutb dan dikutib oleh Nasarudin Umar menjelaskan bahwa jenis-jenis kisah dalam Al Quran adalah sebagai berikut[4]:
a.       Kisah-kisah para Nabi, meliputi dakwah Nabi, mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah kepada para Nabi, perjalanan dakwah dan perkembangannya dan akibat yang menimpa orang beriman dan orang yang mendustakan para nabi. Kisah-kisah para nabi tersebut menjadi informasi yang sangat berguna bagi upaya meyakini para Nabi dan rosul Allah, selain itu kisah para Nabi juga bisa dijadikan teladan bagi kehidupan seseorang. Keteladanan diperlukan agar seseorang memiliki sosok yang bisa dijadikan idola.
b.      Kisah-kisah Qur’ani yakni berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi di waktu lampau seperti kisah ashabul kahfi, zul qarnain ashabus sabt, kisah maryam dan sebagainya. Kisah tersebut ada yang patut kita teladani dan tidak perlu diteladani.. 
c.       Kisah- kisah  yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Seperti perang uhud, Badr, kisah hijrah, Isra’ Mi’raj dan lain-lain. Kisah-kisah tersebut digunakan untuk memantapkan keyakinan dan keimanan Ummat.
Menurut Manna’ Khalil Al Qaththan yang dikutip oleh Muhammad Chirzin menyatakan bahwa penyajian kisah-kisah dalam Al Quran megandung beberapa hikmah, diantaranya[5]: pertama, menjelaskan balaghah Al Quran dalam tingkat paling tinggi. Kedua, menunjukkan kehebatan Al Quran. Ketiga, mengundang perhatian yang besar terhadap kisah agar pesan yang terkandung lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Keempat, penyajian kisah dalam ayat ayat Al Quran menunjukkan perbedaan tujuan.
 Sebagaimana dikatakan Sayyid Qutb yang dikutip oleh Nasarudin Umar menyatakan bahwa kisah-kisah Al Quran memiliki tujuan untuk[6]:
a.     Menguatkan Aqidah ke dalam diri Muhammad dan umat Islam pada umumnya, merangsang akal, menghidupkan hati. Ketga hal tersebut merupakan elemen yang paling asasi. Ketiga elemen itu akan menyerap kisah-kisah Al Quran sebab kisah-kisah tersebut dijelaskan dalam kerangka uluhiyah Tuhan yang meliputi keesaan, keadilan, kekuatan, hikmah dan cinta Tuhan kepada hamba-hamba_Nya.
b.     Menguatkan kebenaran wahyu dan risalah. Nabi Muhammad yang semula tidak bisa menulis dan  membaca (ummi), tidak mengetahui tentang kisah-kisah dari kaum Nasrani dan Yahudi bisa mengetahui melalui kisah yang ada dalam ayat-ayat Al Quran.
c.      Menjelaskan bahwa agama berasal dari Allah, dari masa Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad. Kebanyakan kisahpara Nabi terdapat dalam satu surat dengan alur cerita tertentu hal tersebut bertujuan untuk menguatkan aqidah dan jiwa.
d.     Menjelaskan bahwa semua agama memiliki asas yang tunggal, karena semua agama berasal dari satu Tuhan, sehingga ditetapkan aqidah yang asasiyah yakni iman kepada Allah.
e.      Menjelaskan adanya hubungan antara agama Muhammad dan agama Ibrahim dengan sifat-sifat tertentu dan agama-agama Israel dengan sifat yang umum.
f.       Menjelaskan bahwa Allah menolong para Nabi di akhir-akhir dan menghancurkan para pembohong sehingga lebih menguatkan hati Nabi Muhammad dan berpengaruh di dalam jiwa-jiwa orang yang mnyeru kepada keimanan.
g.     Menjadi pembenaran akan adanya kabar baik dan pemberi peringatan.
h.     Menjelaskan akan nikmat Allah terhadap para Nabi.
i.       Menjadi peringatan kepada anak-anak Adam agar tidak terperangkap dalam jurang setan dan permusuhan-permusuhan.
j.       Menunjukkan kuasa Allah atas segala penciptaannya, penciptaan Adam, Isa dan sebagainya.
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an merupakan salah satu cara yang dipakai Al-Qur’an untuk mewujudkan tujuan yang bersifat agama. Al-Qur’an sebagai kitab dakwah agama dan kisah menjadi salah satu medianya untuk menyampaikan dan memantapkan dakwah tersebut. Oleh karena tujuan yang bersifat religius, maka keseluruhan kisah dalam Al Quran tunduk pada tujuan agama baik tema, cara-cara pengungkapan, maupun penyebutan peristiwanya.[7] Namun ketundukan secara mutlak terhadap tujuan agama bukan berarti ciri-ciri kesusasteraan pada kisah-kisah tersebut sudah menghilang sama sekali, terutama dalam penggambarannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan kisah Al-Qur’an adalah untuk tujuan agama, tidak sekedar kisah namun disisi lain untuk membuktikan kekuasaan Tuhan dan membuktikan bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan.

3.      Kisah sebagai Materi dan Metode Pendidikan Islam
Al Quran mengarahkan manusia untuk menjadi manusia seutuhnya, oleh karena itu materi-materi pendidikan yang terdapat dalam Al Quran selalu mengarah pada jiwa, akal dan raga manusia. Dalam penyajian materi, Al Quran membuktikan kebenaran materi melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan argumentasi yang telah dikemukakan Al Quran maupun dibuktikan oleh manusia melalui penalaran.[8] Dengan adanya kisah yang terkandung dalam ayat-ayat Al Quran, manusia sebagai makhluk yang terdidik dan mendidik bisa mengambil ibrah dari kisah untuk menjadi materi pendidikan.
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan, metode yang tidak tepat dan tidak memberi kenyamanan pada pendidik sehingga akan sulit mencapai tujuan pendidikan. Metode pendidikan tidak terlepas dari ajaran pokok umat Islam yakni Al Quran. Al Quran sebagai kitab suci umat Islam memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. tujuan diturunkannya Al Quran adalah sebgai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan.[9]
Sebagian besar ayat-ayat yang terkandung dalam Al Quran berisi tentang kisah. Kisah sebagai salah satu cara yang digunakan Al Quran untuk mengarahkan manusia  kearah yang telah dkehendaki. Setiap kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah yang benar-0benar terjadi maupun simbolik.[10]
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif. Kisah dalam Al Qur’an merupakan peristwa yang benar-benar terjadi pada manusia terdahulu dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara filosofis secara ilmiah melalui saksi-saksi bisu berupa pennggalan orang-orang terdahulu.[11]
Dalam perspektif teori pendidikan, cerita atau kisah merupakan bentuk penyampaian pesan penting terhadap anak didik tanpa harus menyertakan intruksi yang bermuatan keseriusan serta dapat membangkitkan imaginasi peserta didik namun harus tetap waspada terhadap kelemahan yang akan terjadi.[12]
Kisah- kisah yang terdapat pada ayat- ayat Al Qur’an memberikan dampak psikologis dan edukatif yang baik sehingga mengantar peserta didik pada kehidupan dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah perilaku yang lebih baik berdasarkan kisah yang telah diterima.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an mempunyai urgensi yang cukup tinggi pada anak, terutama cerita yang bernilai tauhid dan akhlak yang akan mampu mendekatkan anak pada nilai-nilai fitrahnya, serta menumbuh kembangkannya secara wajar pembinaan mental dan spiritual anak.
                 
4.      Surat Al Qashash
* ¨bÎ) tbr㍻s% šc%Ÿ2 `ÏB ÏQöqs% 4ÓyqãB 4Óxöt7sù öNÎgøŠn=tæ ( çm»oY÷s?#uäur z`ÏB ÎqãZä3ø9$# !$tB ¨bÎ) ¼çmptÏB$xÿtB é&þqãZtGs9 Ïpt6óÁãèø9$$Î/ Í<'ré& Ío§qà)ø9$# øŒÎ) tA$s% ¼çms9 ¼çmãBöqs% Ÿw ÷ytøÿs? ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûüÏm̍xÿø9$# ÇÐÏÈ   Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ   tA$s% !$yJ¯RÎ) ¼çmçFÏ?ré& 4n?tã AOù=Ïæ üÏZÏã 4 öNs9urr& öNn=÷ètƒ žcr& ©!$# ôs% y7n=÷dr& `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% šÆÏB Èbrãà)ø9$# ô`tB uqèd x©r& çm÷ZÏB Zo§qè% çŽsYò2r&ur $Yè÷Hsd 4 Ÿwur ã@t«ó¡ç `tã ÞOÎgÎ/qçRèŒ šcqãB̍ôfßJø9$# ÇÐÑÈ   yltysù 4n?tã ¾ÏmÏBöqs% Îû ¾ÏmÏFt^ƒÎ ( tA$s% šúïÏ%©!$# šcr߃̍ムno4quŠysø9$# $u÷R9$# |Møn=»tƒ $oYs9 Ÿ@÷WÏB !$tB šÎAré& ãbr㍻s% ¼çm¯RÎ) rä%s! >eáym 5OŠÏàtã ÇÐÒÈ   tA$s%ur šúïÏ%©!$# (#qè?ré& zNù=Ïèø9$# öNà6n=÷ƒur Ü>#uqrO «!$# ׎öyz ô`yJÏj9 šÆtB#uä Ÿ@ÏJtãur $[sÎ=»|¹ Ÿwur !$yg9¤)n=ムžwÎ) šcrçŽÉ9»¢Á9$# ÇÑÉÈ   $oYøÿ|¡sƒmú ¾ÏmÎ/ ÍnÍ#yÎ/ur uÚöF{$# $yJsù tb%Ÿ2 ¼çms9 `ÏB 7pt¤Ïù ¼çmtRrçŽÝÇZtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# $tBur šc%x. z`ÏB z`ƒÎŽÅÇtGYßJø9$# ÇÑÊÈ   yxt7ô¹r&ur šúïÏ%©!$# (#öq¨YyJs? ¼çmtR%s3tB ħøBF{$$Î/ tbqä9qà)tƒ žcr(s3÷ƒur ©!$# äÝÝ¡ö6tƒ šXøÎh9$# `yJÏ9 âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏŠ$t7Ïã âÏø)tƒur ( Iwöqs9 br& £`¨B ª!$# $oYøn=tã y#|¡ys9 $uZÎ/ ( ¼çm¯Rr(s3÷ƒur Ÿw ßxÎ=øÿムtbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑËÈ   y7ù=Ï? â#¤$!$# äotÅzFy$# $ygè=yèøgwU tûïÏ%©#Ï9 Ÿw tbr߃̍ム#vqè=ãæ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur #YŠ$|¡sù 4 èpt7É)»yèø9$#ur tûüÉ)­FßJù=Ï9 ÇÑÌÈ   `tB uä!%y` ÏpoY|¡ysø9$$Î/ ¼ã&s#sù ׎öyz $pk÷]ÏiB ( `tBur uä!$y_ Ïpy¥ÍhŠ¡¡9$$Î/ Ÿxsù tøgä šúïÏ%©!$# (#qè=ÏHxå ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# žwÎ) $tB (#qçR%x. šcqè=yJ÷ètƒ ÇÑÍÈ  
76. Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[1138], Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
78. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
80. berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".
81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
82. dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
83. negeri akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
84. Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.
[1138] Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.
[1139] Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya.
[1140] Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat.
[1141] Maksudnya: syurga.

5.      Kajian Tafsir
Secara umum QS. Al Qashash ayat 76-84 dalam tafsir al Maraghi, menjelaskan bahwa:[13]
 Ayat-ayat tersebut menyajikan kisah Qarun yang menjelaskan akibat buruk dari orang yang durhaka dan menyombongkan diri baik di dunia maupun di akhirat. Qarun telah dibinasakan dengan goncangan dan himpitan bumi sehingga kezaliman dan kesombongannya menjadi contoh/pelajaran bagi seluruh Umat manusia. Dengan kisah tersebut, manusia akan mengetahui akibat yang diterima orang-orang yang durhaka baik di dunia dan di akhirat.
Setelah mengisahkan kedurhakaan dan kesombongan Qarun, Allah menguraikan beberapa bentuk kedurhakaan dan kesombongan Qarun terhadap sesama manusia. Hal tersebut memperdaya kaum bodoh yang tergila-gila dengar harta, namun orang-orang yang mendapat taufik tidak tergila-gila bahkan tetap mengikuti petunjuk Allah. Setelah itu Allah mengisahkan akhir hayat Qarun yang telah terbenamkan ke dalam bumi tanpa pertolongan dari orang lain. Seketika itu orang-orang bodoh menjadi heran atas segala yang terjadi pada Qarun. Kemudian Allah mengemukakan bahwa tempat diberikannya pahala adalah negeri akhirat. Allah memberikan pahala bagi hamba_Nya yang mukmin, dan merendahkan diri serta tidak sombong kepada manusia, tidak pula mengadakan kerusakan kepada diri mereka dengan mengambil harta mereka secara tidak benar. Allah menjelaskan bahwa yang terjadi di Negeri akhirat adalah balasan perbuatan di dunia. Juga dijelaskan bahwa balasan kebaikan adalah sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat bahkan lipatan yang hanya diketahui Allah yang Maha mengetahui  yang ghaib sebagai karunia dan rahmat dari Allah, sedangkan balasan kejahatan sebanding sebagai kemurahan dan kasih sayang Allah.
Kisah Qarun selaku umat Nabi Musa yang zalim telah terabadikan dalam Al Quran. Jika ditarik dalam dunia pendidikan, kisah tersebut memuat materi tentang akhlak dan keimanan. Akhlak Qarun kepada manusia tergolong akhlak madmumah, di mana akhlak tersebut tidak bisa menjadi panutan/teladan namun hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut dapat diamalkan dalam kehidupan. Rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah merupakan sikap yang harus ditanamkan pada diri manusia. Rasa syukur merupakan akhlak mahmudah, dimana syukur itu sebgai wujud terima kasih atas pemberian Allah. Dengan materi akhlak yang telah ditentukan oleh pendidik, maka kisah tersebut disampaikan pada peserta didik dengan kisah yang lebih variatif dan menarik namun tetap mengandung inti kisah yang terdapat dalam kandungan ayat tersebut.
6.      Telaah
QS. Al Qasas Ayat 76-84, secara filosofis konseptual, hakikat pendidikan/ yang akan dikaji dalam pendidikan jika dilihat dari ayat tersebut adalah manusia, manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan, dalam ayat tersebut membicarakan tentang manusia. Tujuan dalam ayat tersebut adalah membentuk manusia yang bisa menikmati negeri akhirat, tujuan tersebut jika ditarik kedalam dunia pendidikan, maka tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka hal yang dilakukan adalah mengoptimalkan indra yang telah diberikan Allah kepada manusia.
















SIMPULAN

Kisah merupakan bagian dari isi Al Quran, dengan tercantumnya kisah umat terdahulu di dalam ayat Al Quran, manusia di era yang sekarang ini bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah tersebut. Hikmah tersebut tentunya bisa menjadi tuntutan yang bisa diikuti dan dikembangkan ke arah yang lebih baik di era sekarang.
Adapun tentang kisah dalam Al Quran yang menjadi maetri dan metode pendidikan disesuaikan dengan tujuan utama dari kisah yang dipaparkan, baru kemudian dikembangkan menjadi metode pendidikan dan materi pendidikan.






















Daftar Pustaka


A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-Kisah Quran, 1983, Jakarta: Pustaka Al-Husna
Ahmad Izzan dan Saehudin, Tafsir Pendidikan: Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan, 2012, Tangerang: Pustaka Aufa Media
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan, 2008, Yogyakarta: TERAS
Ahmad Mustofa Al Maragi,1994, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV Toha Putra
Ali Muhdi, Pemikiran Pendidikan Perspektif Al-Qur’an, 2013, Yogyakarta: Insyira
M. Quraish Shihab, Membumikan AL-QURAN, 1992, Bandung: MIZAN
Muhammad Chirzin, Permata Al Quran, 2003, Yogyakarta: QIRTAS
Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an; Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al Quran, 2010, Jakarta: Al Ghazali Center


[1] Makalah ini disusun oleh Anis Zulia A’limatun Nisa, dipresentasikan pada hari Selasa, 10 November 2015, masih sederhana  belum direvisi
[2] Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an; Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al Quran, (Jakarta: Al Ghazali Center, 2010), hlm. 313.
[3] Pengertian tersebut dikutip oleh Muhammad Chirzin dari bukunya Manna’ Khalil Al Qaththan, baca juga di buku Nasaruddin Umar, Ulumul Quran; Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al Quran, (Jakarta: Al Ghazali Center, 2010), hlm. 314.
[4] Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an; Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al Quran, (Jakarta: Al Ghazali Center, 2010), hlm. 315.
[5] Muhammad Chirzin, Permata Al Quran, (Yogyakarta: QIRTAS, 2003), hlm. 58.
[6] Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an; Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al Quran, (Jakarta: Al Ghazali Center, 2010), hlm. 316-323.
[7] A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-Kisah Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983),  hlm. 68.
[8] M. Quraish Shihab, Membumikan AL-QURAN, (Bandung: MIZAN, 1992), hlm. 175.
[9] Ahmad Izzan dan Saehudin, Tafsir Pendidikan: Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan, (Tangerang: Pustaka Aufa Media, 2012), hlm. 219.
[10] M. Quraish Shihab, Membumikan AL-QURAN, (Bandung: MIZAN, 1992), hlm. 176.
[11] Ali Muhdi, Pemikiran Pendidikan Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Insyira, 2013), hlm. 201.
[12] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2008), hlm. 151.
[13] Ahmad Mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Toha Putra, 1994), hlm. 166-184.