Pendidikan sebagai media menjadi Insan Kamil

Selasa, 27 Oktober 2015

CERPEN



Hikmah di balik  Niat Terpuji

Sore ini, rizki harus meninggalkan keluarganya di rumah terutama ayah dan bundanya. Beliau berdua yang selalu menyayangi Rizki. Dengan berat hati, Rizki mulai melangkahkan kaki untuk mencium bunda dan berpamitan serta meminta doa restu. Tepat pukul 16.30 ayah Rizki berhenti di depan rumah dan mengajak Rizki untuk segera berangkat karena langit mulai gelap.
Rizki berpamitan pada anggota keluarga. Rasanya Rizki ingin menjatuhkan air mata, namun Rizki tetapmenahannya kare rizki tak ingin melihat Bundanya bersedih hati. Rizki ingin melihat Bunda tersenyum disaat Rizki meninggalkan rumah. Selain itu, Rizki juga ingin melihat Bunda dan anggota keluarga yang lain tersenyum bangga ketika Rizki kembali ke rumah. Doa dan restu mereka semua yang selalu Rizki harapkan.bukan sekedar harapan Rizki, namun sudah menjadi kewajiban orang tua untuk selalu berdoa agar Allah memberi yang terbaik untuk anaknya.
“Ayo mbak berangkat,agar tidak kemalaman dan tidak diguyur hujan saat di perjalanan, Ayah tidak mau kamu jatuh sakit”. Kata Ayah yang telah mamanasi motor.
“Iya Ayah Rizki sudah siap” berjalan menuju motor Ayah dan melambaikan tangan pada anggota keluarga yang di rumah.
“hati-hati sayang, do’a Bunda selalu menyertaimu… selalu berdoa dan berproseslah untuk menjadi yang terbaik sayang..”
            Semilir angin menusuk rong-rongan dada Rizki, tak tertinggal cahaya matahari sedikitpun karena langit mulai gelap. Dedaunan berjatuhan tertiup angin memenuhi jalan yang berkelok-kelok. Motor mulai melaju dengan kecepatan standar. Sepanjang jalan Rizki hanya diam seribu bahasa. Dalam benaknya dihantui rasa takut yang bertubi-tubi. Rizki takut tidak bisa hidup tanpa Bundanya, selama ini kebutuhan Rizki selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Rizki takut tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru, lingkungan  yang belum pernah Rizki rasakan secara langsung. Hanya cerita dari kawan-kawan Rizki yang bisa didengar.
            Tiba-tiba Ayah Rizki memecehkan lamunan Rizki, karena sebagai seorang ayah tentunya lebih tahu dan paham apa yang ada dipikiran buah hatinya.
“kamu harus percaya diri Nak, jangan hiraukan cerita teman-temanmu, ayah yakin Rizki bisa menjalaninya dan Rizki juga bisa lebih bak dari mereka”.
“Iya Ayah, Rizki akan berusaha menjadi yang terbaik”.  sambil sedikit tersenyum.
“Nah… itu baru pahlawan Ayah ” .
***
            Tepat pukul 17.30 motor Ayah memasuki Gang Ababil. Terlihat beberapa motor memenuhi halaman nDalem Gus Zaki selaku kepala Madrasah Diniyah PP.Alam’ruf. Rizki langsung menuju kamar yang dia pilih. Tidak lama kemudian Rizki kembali keluar untuk menemui Ayahnya, karena Rizki akan diajak sowan ke nDalem Abah Yai terlebih dahulu. Sudah menjadi kewajiban orang tua Untuk melakukan sowan walaupun hanya  memasrahkan putra-putrinya pada pengasuh.
            Setelah kembali dari nDalem Abah Yai, rizki bersalaman padaAyahnya kemudian Rizki menuju kamarnya. Ayah Rizki langsung memutar motornya kemudian langsung menuju perjalanan pulang karena takut kemalaman. Kepulangan Ayah Rizki memebuat Rizki meneteskan air mata. Rizki belum masih ingin ditemani Ayah, tapi itu mustahil terjadi.
***
            Dengan hati yang takkaruan lagi. Rizki menuju kamarnya, Dia sengaja tidak melewati pintu depan, namun diamelewati loromg sepatu untuk menuju kamarnya. Kebetulan kamarnya berdekatan dengan kamar mandi dan bisa dijangkau tanpa melewti pintu utama.
“Lho dek, kenapa lewat situ nanti kotor lho ya???”
“emm gag papa mbak, Rizki lagi gag sholat” jawab rizki sambil mengelap kedua matanya.
“Adek yang kemarin daftar sama embak ya?” menyalami tangan rizki.
“Iya mbak, sampean mbak Maria kan? Mencoba menerka.”
“iya Dek. Aku mbak Maria, masuk dek mbak juga lagi gag sholat, baru datanga apa dek?”/
enggeh mbak,”.
            Rizki memasuki kamar yang sudah tak terlihat kamar. Kardus-kardus berserakan. Jajanan juga memenuhi kamar. Terlihat tumpukan baju yang mau disetrika juga memenuhi meja tempan menyetrika. Rizki bingung mau ngapain. Dia hanya duduk termenung dibawah cermin. Mbak Maria menemui Rizki dan menyarankan agar membereskan barang bawaanya dan menatanya di lemari mumpung masih jamaah. Tanpa pikir panjamg, rizki melakukan saran mbak Maria, mbak maria juga membantu Rizki. Sehingga penataan barang-barang bisa selesai sebelum tahlilan dimulai.
“setelah jamaah maghrib acaranya ngapain mbak?” tanya Rizki.
“setelah jamaah dilanjutkan tahlil dan yasin dek, kemudian dzibaan di lantai tiga” jelas mbak Maria.
“ harus ikut semua ya mbak?”.
“Iya dek, semua santri yang sudah di pondok hari ini wajib melaksanakan semua kegiatan yang ada disini kecuali ada udhur syar’I dengan alasan yang jelas”.
***
            Setelah acara di mushola selesai, semua santri musafahah satu sama lain. Kemudian mereka semua menuju kamar masing-masing sibuk mencari seragam untuk dipakai saat dzibaan. Rizki sudah memakainya karena dari awal sudah diingatkan oleh mbak Maria agar memakai seragam.
            Antara pesantren yang satu dengan yang lainnya tentunya mempunyai ciri khas masing-masing dan segudang kegiatan yang padat. Rizki masih saja belum bisa ceria seperti teman-temannya. Suara Bunda masih terngiang-ngiang , keinginan untuk pulang belum bisa dihilangkan. Mbak Maria tak henti-henti menghibur Rizki agar tak ingin pulang. Memang menjadi santri baru pasti merasakan hal itu. Merupakan cobaan dari Allah.
            Setelah tiga minggu berproses di pesantren, Rizki mulai betah dan  mulai enjoy dalam mengikuti kegiatan. Disamping Rizki bisa menerima keadaan, semangat dari Vella yang sudah bertahun –tahun mengemban jabatan sebagai santri menjadikan Rizki betah dan selalu bersemangat dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
***
Tiga bulan kemudian…
Mbak Maria pamit pada Rizki karena seminggu lagi mbak Maria harus meninggalkan pesantren. Mbak Maria mengamanatkan Rizki pada Vella. Karena RIzki masih butuh bimbingan dari seorang santri yang lebih bepengalaman.  Mbak Maria mendapat mandate dari Abah agar mbak Maria ikut membantu neng Nihlah yang baru saja melahirkan putra keduanya. Meski berat, mbak Maria harus melaksanakan mandat tersebut, diniati ngalab berkah dari Abah Yai.
            Rizki sangat keberatan jika ditinggal mbak Maria. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari Vella. Rizki bisa menerima kepergian mbak Maria. Semenjak mbak Maria membantu di nDalem neng Nihla. Rizki jadi sering membantu Vella di nDalem Abah Yai yang lebih dekat dengan pesantren.
            Sudah hampir setengah tahun Rizki berproses di pesantren. Selama itu pulaRizki tak pernah bertemu dengan orang tuanya. Hanya suara Bunda atau Ayah yang bisa didengar jika Bunda dan Ayah ingin mengetahui kabar Rizki. Rizki sudah mulai benar-benar betah di pesanren, tak ada keinginan untuk pulang sama sekali. Bahkan Rizki berangan-angan agar bisa tetap selamanya berada di lingkungan pesantren.
***
            Satu bulan lagi, di pesantren akan diselenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Walaupun Rizki termasuk santri baru, namun Dia tergolong santri yang aktif. Rizki masuk dalam kepanitiaan. Awalnya Rizki menolak tawaran itu karena Rizki merasa masih baru dan belum paham betul tentang kpanitiaan.
“kamu harus percaya Diri Riz, mbak-mbak sudah percaya sama kamu dan mereka memilih kamu tentunya mereka punya alasan yang jelas”
“tapi aku masih baru disini Riz, aku takut diantara mbak-mbak yanglain ada yang bilang aku sok-sok an atau gymana gytu,,”
“di pesantren ini memang ada kebiasaan sepert itu, namun ini acara besar Riz, jadi panitianya tidak sembarang paniti, tapi dicari panitia yang mau bertanggung jawab dalam mengemban amanat.” Jelas Vella.
“Iya deh Vell, aku mau tapi dengan satu syarat, kamu harus membantuku jika aku ada kesulitan”.
“Iya..iya..iya..”
***
            Setelah sorogan selesai, Rizki dipanggil Abah Yai, Rizki takut kalau Abah mengetahui bahwa pada awalnya Rizki menolak jadi panitia. Rizki takut dilaporkan pada orang tuanya. Rizki hanya diam sambil sedikit mendengarkan Abah bicara ditelfon. Selesai berbicara ditelfon Abah Yai langsung menemui Rizki.
            Rizki mulai tersenyum, setelah Abah menjelaskan tujuannya kenapa mendatangkan Rizki ke nDalem. Setelah mendengar penjelasan dari Abah. Rizki mengangguk tanda mengerti dan Abah mempersilahkan kembali kepesantren untuk berproses kembali.
            Setelah jamaah isya”. Rizki menceritakan semua yang dialaminya dalam satu hari ini kepada Vella. Karena hari ini Vella ada tugas dari Bu Nyai agar menemani neng intan di nDalem, beribu-ribu syukur terungkap dari bibir mereka berdua.
“ Mungkin ini semua adalah balasan dari Alla atas usaha dan do’a kita Riz”. Kata Vella
“iyya Alhamdulillah ya Vell”…
            Sehari lagi peringatan mauled Nabi akan diselenggarakan.Rizki dan kawan-kawan santri telahmenyiapkan semuanya. Ayah dan Bunda Rizki ikut menghadiri acara tersebut, keluarga Rizki datang dua jam sebelum acara dimulai.
            Mbak maria juga menghadiri acara itu, rizki sangat Bahagia karena dalam waktu tujuh bulan sudah bisa membuat orang-orang bangga pada Rizki. Rasa syukur terucap di bibir Rizki. Semua yang dilakukan manusi pastilah mengandung hikmah. “Awali niat, lakukakanlah niat itukemudian renungka kembali niat itu maka akan berbuah keikhlasan”. Itulah motto hidup Rizki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar