Hikmah di balik Niat Terpuji
Sore
ini, rizki harus meninggalkan keluarganya di rumah terutama ayah dan bundanya.
Beliau berdua yang selalu menyayangi Rizki. Dengan berat hati, Rizki mulai
melangkahkan kaki untuk mencium bunda dan berpamitan serta meminta doa restu.
Tepat pukul 16.30 ayah Rizki berhenti di depan rumah dan mengajak Rizki untuk
segera berangkat karena langit mulai gelap.
Rizki
berpamitan pada anggota keluarga. Rasanya Rizki ingin menjatuhkan air mata,
namun Rizki tetapmenahannya kare rizki tak ingin melihat Bundanya bersedih
hati. Rizki ingin melihat Bunda tersenyum disaat Rizki meninggalkan rumah.
Selain itu, Rizki juga ingin melihat Bunda dan anggota keluarga yang lain
tersenyum bangga ketika Rizki kembali ke rumah. Doa dan restu mereka semua yang
selalu Rizki harapkan.bukan sekedar harapan Rizki, namun sudah menjadi
kewajiban orang tua untuk selalu berdoa agar Allah memberi yang terbaik untuk anaknya.
“Ayo
mbak berangkat,agar tidak kemalaman dan tidak diguyur hujan saat di perjalanan,
Ayah tidak mau kamu jatuh sakit”. Kata Ayah yang telah mamanasi motor.
“Iya
Ayah Rizki sudah siap” berjalan menuju motor Ayah dan melambaikan tangan pada
anggota keluarga yang di rumah.
“hati-hati
sayang, do’a Bunda selalu menyertaimu… selalu berdoa dan berproseslah untuk
menjadi yang terbaik sayang..”
Semilir angin menusuk rong-rongan
dada Rizki, tak tertinggal cahaya matahari sedikitpun karena langit mulai gelap.
Dedaunan berjatuhan tertiup angin memenuhi jalan yang berkelok-kelok. Motor
mulai melaju dengan kecepatan standar. Sepanjang jalan Rizki hanya diam seribu
bahasa. Dalam benaknya dihantui rasa takut yang bertubi-tubi. Rizki takut tidak
bisa hidup tanpa Bundanya, selama ini kebutuhan Rizki selalu dipenuhi oleh
orang tuanya. Rizki takut tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru,
lingkungan yang belum pernah Rizki
rasakan secara langsung. Hanya cerita dari kawan-kawan Rizki yang bisa
didengar.
Tiba-tiba Ayah Rizki memecehkan
lamunan Rizki, karena sebagai seorang ayah tentunya lebih tahu dan paham apa
yang ada dipikiran buah hatinya.
“kamu
harus percaya diri Nak, jangan hiraukan cerita teman-temanmu, ayah yakin Rizki
bisa menjalaninya dan Rizki juga bisa lebih bak dari mereka”.
“Iya
Ayah, Rizki akan berusaha menjadi yang terbaik”. sambil sedikit tersenyum.
“Nah…
itu baru pahlawan Ayah ” .
***
Tepat pukul 17.30 motor Ayah
memasuki Gang Ababil. Terlihat beberapa motor memenuhi halaman nDalem Gus Zaki
selaku kepala Madrasah Diniyah PP.Alam’ruf. Rizki langsung menuju kamar yang
dia pilih. Tidak lama kemudian Rizki kembali keluar untuk menemui Ayahnya,
karena Rizki akan diajak sowan ke nDalem Abah Yai terlebih dahulu. Sudah
menjadi kewajiban orang tua Untuk melakukan sowan walaupun hanya memasrahkan putra-putrinya pada pengasuh.
Setelah kembali dari nDalem Abah
Yai, rizki bersalaman padaAyahnya kemudian Rizki menuju kamarnya. Ayah Rizki
langsung memutar motornya kemudian langsung menuju perjalanan pulang karena
takut kemalaman. Kepulangan Ayah Rizki memebuat Rizki meneteskan air mata.
Rizki belum masih ingin ditemani Ayah, tapi itu mustahil terjadi.
***
Dengan hati yang takkaruan lagi. Rizki menuju kamarnya,
Dia sengaja tidak melewati pintu depan, namun diamelewati loromg sepatu untuk
menuju kamarnya. Kebetulan kamarnya berdekatan dengan kamar mandi dan bisa
dijangkau tanpa melewti pintu utama.
“Lho
dek, kenapa lewat situ nanti kotor lho ya???”
“emm
gag papa mbak, Rizki lagi gag sholat” jawab rizki sambil mengelap kedua
matanya.
“Adek
yang kemarin daftar sama embak ya?” menyalami tangan rizki.
“Iya
mbak, sampean mbak Maria kan? Mencoba menerka.”
“iya
Dek. Aku mbak Maria, masuk dek mbak juga lagi gag sholat, baru datanga apa
dek?”/
“enggeh mbak,”.
Rizki memasuki kamar yang sudah tak
terlihat kamar. Kardus-kardus berserakan. Jajanan juga memenuhi kamar. Terlihat
tumpukan baju yang mau disetrika juga memenuhi meja tempan menyetrika. Rizki
bingung mau ngapain. Dia hanya duduk termenung dibawah cermin. Mbak Maria
menemui Rizki dan menyarankan agar membereskan barang bawaanya dan menatanya di
lemari mumpung masih jamaah. Tanpa pikir panjamg, rizki melakukan saran mbak
Maria, mbak maria juga membantu Rizki. Sehingga penataan barang-barang bisa
selesai sebelum tahlilan dimulai.
“setelah
jamaah maghrib acaranya ngapain mbak?” tanya Rizki.
“setelah
jamaah dilanjutkan tahlil dan yasin dek, kemudian dzibaan di lantai tiga” jelas
mbak Maria.
“
harus ikut semua ya mbak?”.
“Iya
dek, semua santri yang sudah di pondok hari ini wajib melaksanakan semua
kegiatan yang ada disini kecuali ada udhur syar’I dengan alasan yang jelas”.
***
Setelah acara di mushola selesai,
semua santri musafahah satu sama lain. Kemudian mereka semua menuju kamar
masing-masing sibuk mencari seragam untuk dipakai saat dzibaan. Rizki sudah
memakainya karena dari awal sudah diingatkan oleh mbak Maria agar memakai
seragam.
Antara pesantren yang satu dengan
yang lainnya tentunya mempunyai ciri khas masing-masing dan segudang kegiatan
yang padat. Rizki masih saja belum bisa ceria seperti teman-temannya. Suara
Bunda masih terngiang-ngiang , keinginan untuk pulang belum bisa dihilangkan.
Mbak Maria tak henti-henti menghibur Rizki agar tak ingin pulang. Memang
menjadi santri baru pasti merasakan hal itu. Merupakan cobaan dari Allah.
Setelah tiga minggu berproses di
pesantren, Rizki mulai betah dan mulai
enjoy dalam mengikuti kegiatan. Disamping Rizki bisa menerima keadaan, semangat
dari Vella yang sudah bertahun –tahun mengemban jabatan sebagai santri
menjadikan Rizki betah dan selalu bersemangat dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari.
***
Tiga
bulan kemudian…
Mbak
Maria pamit pada Rizki karena seminggu lagi mbak Maria harus meninggalkan
pesantren. Mbak Maria mengamanatkan Rizki pada Vella. Karena RIzki masih butuh
bimbingan dari seorang santri yang lebih bepengalaman. Mbak Maria mendapat mandate dari Abah agar
mbak Maria ikut membantu neng Nihlah yang baru saja melahirkan putra keduanya. Meski
berat, mbak Maria harus melaksanakan mandat tersebut, diniati ngalab berkah
dari Abah Yai.
Rizki sangat keberatan jika
ditinggal mbak Maria. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari Vella. Rizki
bisa menerima kepergian mbak Maria. Semenjak mbak Maria membantu di nDalem neng
Nihla. Rizki jadi sering membantu Vella di nDalem Abah Yai yang lebih dekat
dengan pesantren.
Sudah hampir setengah tahun Rizki
berproses di pesantren. Selama itu pulaRizki tak pernah bertemu dengan orang
tuanya. Hanya suara Bunda atau Ayah yang bisa didengar jika Bunda dan Ayah
ingin mengetahui kabar Rizki. Rizki sudah mulai benar-benar betah di pesanren,
tak ada keinginan untuk pulang sama sekali. Bahkan Rizki berangan-angan agar
bisa tetap selamanya berada di lingkungan pesantren.
***
Satu bulan lagi, di pesantren akan diselenggarakan
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Walaupun Rizki termasuk santri baru, namun
Dia tergolong santri yang aktif. Rizki masuk dalam kepanitiaan. Awalnya Rizki
menolak tawaran itu karena Rizki merasa masih baru dan belum paham betul tentang
kpanitiaan.
“kamu harus percaya
Diri Riz, mbak-mbak sudah percaya sama kamu dan mereka memilih kamu tentunya
mereka punya alasan yang jelas”
“tapi aku masih baru
disini Riz, aku takut diantara mbak-mbak yanglain ada yang bilang aku sok-sok
an atau gymana gytu,,”
“di pesantren ini
memang ada kebiasaan sepert itu, namun ini acara besar Riz, jadi panitianya
tidak sembarang paniti, tapi dicari panitia yang mau bertanggung jawab dalam
mengemban amanat.” Jelas Vella.
“Iya deh Vell, aku mau
tapi dengan satu syarat, kamu harus membantuku jika aku ada kesulitan”.
“Iya..iya..iya..”
***
Setelah sorogan selesai, Rizki
dipanggil Abah Yai, Rizki takut kalau Abah mengetahui bahwa pada awalnya Rizki
menolak jadi panitia. Rizki takut dilaporkan pada orang tuanya. Rizki hanya
diam sambil sedikit mendengarkan Abah bicara ditelfon. Selesai berbicara
ditelfon Abah Yai langsung menemui Rizki.
Rizki mulai tersenyum, setelah Abah
menjelaskan tujuannya kenapa mendatangkan Rizki ke nDalem. Setelah mendengar
penjelasan dari Abah. Rizki mengangguk tanda mengerti dan Abah mempersilahkan
kembali kepesantren untuk berproses kembali.
Setelah jamaah isya”. Rizki
menceritakan semua yang dialaminya dalam satu hari ini kepada Vella. Karena
hari ini Vella ada tugas dari Bu Nyai agar menemani neng intan di nDalem, beribu-ribu
syukur terungkap dari bibir mereka berdua.
“
Mungkin ini semua adalah balasan dari Alla atas usaha dan do’a kita Riz”. Kata
Vella
“iyya
Alhamdulillah ya Vell”…
Sehari lagi peringatan mauled Nabi
akan diselenggarakan.Rizki dan kawan-kawan santri telahmenyiapkan semuanya.
Ayah dan Bunda Rizki ikut menghadiri acara tersebut, keluarga Rizki datang dua
jam sebelum acara dimulai.
Mbak maria juga menghadiri acara
itu, rizki sangat Bahagia karena dalam waktu tujuh bulan sudah bisa membuat
orang-orang bangga pada Rizki. Rasa syukur terucap di bibir Rizki. Semua yang
dilakukan manusi pastilah mengandung hikmah. “Awali niat, lakukakanlah niat
itukemudian renungka kembali niat itu maka akan berbuah keikhlasan”. Itulah
motto hidup Rizki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar