MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dalam
kehidupan sehari-hari sehingga bisa mendorong siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengtahuan tersebut dalam
kehidupan siswa sehari-hari.
1.
Ontologi
Filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivistik, yang berarti
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Namun manusia
harus membangun pengetahuan melalui pengalaman yang nyata. pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa. Siswa tidak
hanya ”menerima” pengetahuan, namun”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya
melalui proses intra-individual(asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual
(interaksi sosial).
2.
Aksiologi
Tujuan pembelajaran kontekstual
adalah Untuk membantu peserta
didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan
menghubungkan pokok materi pelajaran dengan mengembangkan dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Epistemologi
Materi yang akan diberikan pada
siswa tidak bersifat tekstual namun, dalam pemberian materi harus mengaitkan
dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan tujuh komponen
utama dalam pembelajaran. Karena manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda sehingga
antara materi dan dinia nyata harus terkait satu sama lain.
Tujuh komponen
Pembelajaran Kontekstual
PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
|
pemodelan
(modeling)
|
masyaraka
belajar
(learning
community),
|
refleksi
(reflection)
|
bertanya
(questioning)
|
kontruktivisme
(constructivism)
|
penilaian
autentik (authentic)
assessment).
|
menyelidiki
(inquiry)
|
Dari konsep tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa manusia itu unik dan berbeda beda antara yang satu dan
yang lainnya. Namun semua manusia diberi
bekal berupa akal dan pikiran, serta mempunyai
kemampuan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lain
dan untuk mewujudkan hal itu tergantung dari individu masing-masing. Pendidikan
adalah salah satu cara untuk mengembangkan potensi yang telah ada. Sehingga
proses untuk mencapai tuuan pendidikan itu disesuaikan dengan kondosisi peserta
didik.
Manusia adalah makhluk ciaptaaan
Tuhan yang mempunyai unsur jasmani. Al
Syaibani berpendapat bahwa manusia
terdiri atas tiga unsur yang mempunyai kepentingan yang sama. Unsur tersebut seperti sisi-sisi segitiga yang
membentuk segitiga. Jadi hakikat manusia adalah jasmani, akal dan Ruhani.
Akal
Ruhani
Jasmani
Jika melihat hakikat manusia yang
seperti dikemukakan diatas maka pendidikan harus bisa mebina ketiga unsur
tersebut secara proporsional.
Filsafat
adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya serta pemikiran tersebut mengandung keuniversalan yang tidak
bisa berubah. psikologi merupakan bagian dari filsafat. Keduanya mempunyai
obyek yang sama yaitu manusia namun dalam mengkaji manusia mempunyai perbedaan
metode. Psokologi juga mempelajari hakikat hidup dan gerak-gerik kehidupan.
Dalam
dunia pendidikan keduanya saling terkait. Seperti yang dijelaskan diawal bahwa
akal adalah unsur pembentuk manusia, hasil dari kerja akal yang telah mencari
dan memikirkan suatu kebenaran secara mendalam itulah yang dinamakan filsafat. Filsafat
itu sendiri berawal dari sebuah pengalaman manusia, pengalaman tersebut dibantu
oleh indra yang dimiliki manusia kemudian mengahasilkan pengetahuan.
Filsafat
mempertanyakan / memunculkan pertanyaan
pada sesuatau kemudian psikologi menjawabnya. Manusia adalah makhluk yang unik
dan berubah ubah, namun pada hakikatnya manusia itulah hakikatnya.
SeMESTER 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar