Pendidikan sebagai media menjadi Insan Kamil

Minggu, 29 November 2015

MAKALAH

PENDIDIKAN TERPADU; KAJIAN TEORI DAN PRAKTIS







Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teori-Teori Pendidikan Integratif
Dosen Pengampu : Dr. Ahsan Hasbullah, M.Pd.




Disusun Oleh:
Ade Setiawan (1522606018)
Anis Zulia A’limatun Nisa (1522606020)
Sareh Siswo Setyo Wibowo (1522606033)




PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2015


PENDIDIKAN TERPADU; KAJIAN TEORI DAN PRAKTIS
A. Pendahuluan
Arus globalisasi telah melanda kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah globalisasi membawa perubahan dalam nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual maupun material. Kebutuhan baru, aspirasi baru dan sikap hidup yang baru juga merupakan dampak dari perkembangan pengetahuan dan teknologi. Sehingga hal-hal tersebut menuntut adanya perubahan dalam sistem dan isi pendidikan.
Pendidikan berperan sebagai penyeimbang (balancing) terhadap kemajuan zaman dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Kenyataanya, pendidikan di Indonesia belum berperan sepenuhnya, tujuan pendidikan belum terwujud, hal ini untuk tidak mengatakan pendidikan yang gagal. Pendidikan telah kehilangan landasan filosofis, hal tersebut berdampak pada output yang telah berproses. Akhlak yang menjadi inti dari pendidikan belum melekat pada diri peserta didik, tidak terwujudnya tujuan pendidikan, terkadang masih menyalahkan pihak-pihak tertentu, jika seperti itu konsep pendidikan masih terlihat adanya dikotomi, dalam kata lain belum terpadu/terintegrasi.
Modernisasi menuntut diferensiasi sistem pendidikan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi berbagai diferensiasi sosial, tehnik, dan manajerial. Antisipasi dan akomodasi tersebut haruslah dijabarkan dalam bentuk formulasi, adopsi dan implementasi kebijaksanaan pendidikan dalam tingkat nasional, regional dan lokal. Dalam konteks modernisasi administratif ini, sistem dan lembaga pendidikan Islam perlu mensimbiosis ke dalam sistem sekolah. Selain itu, Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, perlu diimplementasikan melalu pembelajaran terpadu. Agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.





B. Konsep Pendidikan Terpadu
1. Pendidikan Terpadu
Secara historis-sosiologis, pendidikan terpadu lahir sebagai implikasi dari proses perkembangan perubahan paradigma pengembangan pendidikan Islam sejak abad pertengahan, dimana tercipta dikotomi antara pendidikan agama yang menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu agama dengan pendidikan umum yang menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu non agama (pengetahuan).
Pendidikan terpadu merupakan salah satu wujud implementasi paradigma yang berusaha mengintegrasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik, serta mampu melahirkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, memiliki kematangan professional sekaligus hidup dalam nilai-nilai islami.
Pada hakikatnya pendidikan terpadu adalah pendidikan yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum. Pendidikan terpadu juga menekankan keterpaduan sehingga nantinya dapat mengoptimalkan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Pendidikan terpadu memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah, sehingga dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.

2. Konsep Pendidikan Terpadu
Konsep pendidikan terpadu ini telah menjadi topic pembicaraan di kalangan cendekiawan Islam sejak beberapa dasawarsa terakhir. Ia merupakan kristalisasi dari rekomendasi Konferensi Dunia tentang pendidikan Islam pertama yang diselenggarakan di Mekkah. Ide tersebut terus bergulir ke berbagai Negara, bahkan di Negara-negara non muslim.
Di Indonesia, ide tersebut agak terlambat sampainya, karena situasi yang tidak kondusif dan baru memperoleh momentumnya pada era reformasi dengan banyaknya bermunculan sekolah Islam terpadu, mulai dari tingkat dasar sampai menengah atas. Dengan adanya sekolah-sekolah Islam terpadu, maka muncullah jaringan sekolah Islam terpadu (JSIT) di seluruh Indonesia.
Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang mempu membentuk kepribadian peserta didik. Kepribadian seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman belajar. Untuk membangun sekolah yang menggairahkan, maka proses belajar mengajar dibangun dalam enam konsep umum, yaitu:
a. Rabbaniyah
Dalam prakteknya, kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan terpadu hendaklah mengacu pada nilai-nilai Rabbani. Aktivitas rabbaniyah hendaknya berlangsung terus menerus selama proses pembelajaran. Bentuk aktivitas Rabbaniyah meliputi aplikasi dzikir, fikir, tadabur, dan aplikasi amal. Sebagai contoh ketika menjelaskan fenomena alam seperti hujan, banjir, gempa bumi, energi dan sebagainya dikaitkan dengan keagungan, kebesaran Allah dan isyarat-isyarat dalam Al-qur’an dan As-Sunnah.
b. Integratif
Konsep umum pembelajaran yang kedua ialah integratif. Konsep integratif dapat berarti bahwa dalam proses pembelajaran memadukan secara utuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Konsekuensinya, kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan menggunkan berbagai pendekatan, metode dan sarana belajar. Belajar tidak hanya berlaku pada pembahasan konsep-konsep dan teori belaka. Sehingga setiap pokok bahasannya harus bisa membimbing mereka untuk masuk pada aplikasinya.
c. Stimulatif
Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi yang optimal kepada peserta didik. Memberi stimulasi yang optimal sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifatnya dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan dan daya serap anak dalam kontek belajar.
d. Fasilitatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu meyediakan seluas-luasnya sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar harus diperluas tidak hanya di lingkungan sekolah namun juga di lingkungan alam sekitarnya, masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, masjid, pasar, tokoh dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan informal juga dijadikan media bagi proses belajar mereka, seperti dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas ibadah, aktivitas kebersihan, aktivitas sosial.
e. Inovatif
Dalam sebuah inovasi pembelajaran, sebuah inovasi hendaklah mengarahkan desain pembelajaran untuk selalu bervariatif dan dinamis. Dalam membuat inovasi pembelajaran guru dituntut untuk menemukan dan menuangkan ide-ide baru tentang model pembelajaran yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam. Sejalan dengan hal tersebut berbagai kegiatan belajar mengajar perlu didesain untuk menciptakan konsentrasi dan ketertarikan belajar siswa. Proses inovasi pembelajaran, misalnya dimulai dari beragam langkah pembelajaran baik media, sumber atau evaluasi belajar.
f. Motivatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need achievement pada setiap siswa, maka dia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk meraih prestasi. Sehingga untuk dapat membangkitkan kebutuhan siswa agar berprestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang.


3. Tujuan Pendidikan Terpadu
Tujuan umum pendidikan terpadu adalah membina peserta didik untuk menjadi insan muttaqqin (manusia bertaqwa) yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi umat manusia, dengan rincian karakter sebagai berikut :
a. Aqidah yang bersih (salimul aqidah)
Meyakini Allah SWT sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa alam semesta dan menjauhkan diri dari segala fikiran, sikap, perilaku bid’ah, khurafat dan syirik.
b. Ibadah yang benar (shahihul ibadah)
Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah yang meliputi shalat, shaum, tilawah Al-Qur’an, dzikir dan do’a sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.
c. Pribadi yang matang (matinul khuluq)
Menampilkan perilaku yang santun, tertib, disiplin, peduli terhadap sesama dan lingkungan serta sabar, ulet dan pemberani dalam menghadapi masalah hidup sehari-hari.
d. Mandiri (Qadirun ‘alal kasbi)
Mandiri dalam memenuhi segala keperluan hidupnya dan memiliki bekal yang cukup dalam pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam usaha memenuhi kebutuhan nafkahnya.
e. Cerdas dan berpengetahuan (mutsaqoful fikri)
Memiliki kemampuan berfikir yang kritis, logis, sistematis dan kreatif yang menjadikan dirinya berwawasan luas dan menguasai bahan ajar dengan sebaik-baiknya serta cermat dalam mengatasi segala problem yang dihadapi.
Sistem pendidikan terpadu bertujuan untuk menghasilkan insan yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang mantap, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keterampilan fungsional sehingga dapat hidup mandiri serta berperan aktif dan positif dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.
Landasan dan misi khusus yang diemban sistem pendidikan terpadu itu mewarnai rincian tujuan khusus yang secara eksplisit mencanangkan keterpaduan operasional dari karakteristik manusia yang diungkap dalam tujuan umum. Tujuan-tujuan khusus sebagai rincian terpadu dari tujuan umum itu mewarnai dan menentukan arah kependidikan dan pengajaran dalam bentuk kurikulum serta mewarnai dan menentukan seluruh konsep pendidikan pada sistem pendidikan terpadu.
Senada dengan tujuan dalam proses pendidikan Islam yaitu idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Tujuan Pendidikan Islam merupakan penggambaran nilai-nilai islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari proses pendidikan tersebut. Ini mengacu pada tujuan pendidikan yaitu menciptakan manusia yang bertakwa.

C. Pelaksanaan Pendidikan Terpadu
1. Kurikulum Pembelajaran Terpadu
Kurikulum pada dasarnya adalah seperangkat rencana pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi dan dan bahan pelajaran tersebut disusun dalam bentuk program dan susunan pelajaran. Kurikulum sekolah terpadu disusun untuk mencapai tujuan pendidikan terpadu, baik tujuan kurikulum muatan nasional maupun tujuan kurikulum muatan lokal.
a. Kurikulum Pendidikan Nasional
Kurikulum muatan nasional terdiri atas program umum dan program pengajaran khusus. Program pengajaran umum bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya serta meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan minat sebagai dasar untuk memilih program khusus. Program pengajaran khusus dapat diklasifikasi menjadi program bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Program khusus bertujuan mempersiapkan peserta didik melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dalam bidang akademik dan profesional serta mempersiapkan peserta didik secara langsung atau tidak langsung bekerja di masyarakat. Setiap program pengjaran (program pengajaran khusus dan program pengajaran umum) terdiri dari sejumlah mata pelajaran atau bidang kanjian yang memiliki tujuan masing-masing yang maknanya bermuara pada pencapaian tujuan sekolah terpadu. Tujuan mata pelajaran atau bahan kajian dimuat dalam Garis-Garis Besar program pengajaran atau disebut standar isi.
b. Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal sebagai ciri dari sekolah terpadu diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja agar dapat mengisi berbagai pekerjaan dengan kualifikasi semi profesional atau untuk bekal hidup mandiri dengan cara berwira usaha.
Ada dua program pendidikan dalam kurikulum mutan lokal ini, yaitu : Program pendidikan agama dan Program keterampilan fungfsional. Program pendidikan agama bertujuan membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mengamalkan ajaran agamna dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan program keterampilan fungsional bertujuan mempersiapkan peserta didik agar memiliki pengetahuan dan wawasan tentang dunia kerja dan kualifikasi yang dipersyaratkan, sikap dan penggarapan terhadap kemandirian dan jiwa wiraswasta, keterampilan siap pakai untuk bekerja mencari nafkah.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Kurikulum terpadu merupakan suatu produk pengintegrasian bahan pelajaran dan berbagai maam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai di siplin ilmu. Menuurt Soetopo dan Soemanto, sebagaimana dikutip oleh Abdullah Idi, kurikulum terpadu dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :
a. The Child Centered Curiculum (Kurikulum yang berpusat pada anak)
b. The Social Function Curiculum (Kurikulum Fungsi Sosial)
c. The Experience Curiculum (Kurikulum Pengalaman)
d. Development Activity Curiculum (Kurikulum Pengembangan Kegiatan)
e. Core Curiculum
Pada prinsipnya, sekolah terpadu merupakan perubahan atas kegagalan yang dilakukan sekolah umum dan lembaga pendidikan Islam, untuk memadukan ilmu umum dan agama. Sehingga, dalam praktiknya, sekolah Islam terpadu melakukan pengembangan kurikulum dengan cara memadukan kurikulum pendidikan umum yang ada di Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), seperti pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain, serta kurikulum pendidikan agama Islam yang ada di Kementrian Agama (Kemenag), ditambah dengan kurikulum hasil kajian Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).
Bangunan keilmuan yang dikembagkan oleh model ini tidak dilihat secara dikotomis melainkan dilihat secara padu dan utuh (integral). Paradigma yang dibangun adalah bahwa kebenaran di jagad ini tidak akan lengkap hanya didekati oleh kerja nalar dan observasi yang disebut dengan kebenaran ilmiah. Selain itu ada kebenaran intuitif dan juga kebenaran wahyu. Pendidikan Islam Terpadu menginginkan penggalian kebenaran melalui sumber-sumber yang lebih komprehensif. Hal itu dapat ditemukan dengan cara memadukan berbagai sumber, baik yang bersifat ilmiah maupun yang dapat digali dari sumber kitab suci (al-Qur’an dan Hadits). Antara ilmu dan agama dilihat dan fungsikan secara padu, selain sama-sama untuk menggali kebenaran juga masaing-masing bersifat komplementer. Al-qur’an akan dapat dipahami secara lebih luas dan mendalam jika menyertakan ilmu dan sebaliknya ilmu akan berkembang jika mendapat inspirasi dari penuturan al-qur’an, yaitu bangunan keilmuan yang diharapkan mencerminkan universitas Islam.
2. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada anak. Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata di dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
c. Belajar Melalui Pengalaman Langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
d. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.
e. Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
3. Model-model Pembelajaran Terpadu
NO. Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
1. Terpisah (Fragmented )
Berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih sedikit transfer pembelajaran
2. Keterkaitan /
Keterhubungan
( Connected )
Topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Konsep–konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan ( review ), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent tetap terfokus pada satu disiplin ilmu
3. Berbentuk Sarang/
kumpulan ( Nested )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, dan kontent (c ontents skill ) dicapai di dalam satu mata pelajaran (subject area ) Memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran
4.
Dalam satu rangkaian
( Sequence )
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan, meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula
5. Terbagi ( Shared )
Perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap (attitudes ) yang sama Terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama; dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi
6. Bentuk jaring laba-laba
( Webbed )
Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran Dapat memotivasi murid-murid: membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan kontent
7. Dalam satu alur
( Threaded )
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar ‘direntangkan' melalui berbagai disiplin Murid-murid mempelajari cara mereka belajar; memfasilitas transfer pembelajaran selanjutnya Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain
8. Terpadu ( Integrated)
Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin ilmu, dicari keterampilan, konsep, dan sikap-sikap yang sama Mendorong murid-murid untuk melihat keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu; murid-murid termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut Membutuhkan tim antar departemen yang memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama
9. Immersed

Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai ( area of interest ) Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu sendiri Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
10. Membentuk jejaring
( Networked )
Pelajar melakukan proses pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-upaya menjadi tidak efektif

Model-model pembelajaran terpadu tersebut ditinjau dari sifat materi, cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematisnya. Ada 10 model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty. Dari kesepuluh model pembelajaran hanya 3 model yang digunakan pada kurikulum yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.
Model pendidikan terpadu yang diterapkan dalam sekolah berbeda dengan sekolah-sekolah yang menggunakan label Islam yang selama ini berkembang. Lembaga-lembaga pendidikan yang menggunakan identitas Islam tersebut, masih terkesan pragmatis, serta secara epistimologis pada umumnya masih tetap mengacu kepada dualisme yakni adanya dikotomi antara ilmu Islam dengan umum. Sedangkan model pendidikan terpadu mengembangkan kedua ranah tersebut secara seimbang dan terpadu.



4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu :
Kelebihan tersebut antara lain:
a. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
b. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
c. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
d. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
e. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.

Kekurangan pembelajaran terpadu, antara lain:
a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

D. Telaah; Pengembangan Pendidikan Terpadu (Sains dan Agama)
Penerapan konsep integrasi dan interkoneksi keilmuan dalam lembaga pendidikan akan mewujudkan sistem pendidikan terpadu. Sehingga tidak ada dikotomi pendidikan yang nyata. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Murtadha Mutahari seorang ulama, filosof dan ilmuan Islam dalam tulisannya Konsep Pendidikan dalam Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik insani, di mana manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju kearah keduanya. Tetapi di lain pihak manusia selalu ingin dan memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains).
Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas agama dan akhlak atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak. Konsep pendidikan terpadu menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistic dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain.
Menurut Muhammad Natsir pendidikan itu mencakup: universal, integral dan harmonis. Pendidikan integralistik tersebut berdasarkan tauhid dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang mengabdikan diri kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya dengan misi mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Muhammad Natsir memandang Islam bukan hanya dalam pengertian yang sempit melainkan ajaran tentang tata hubungan manusia dengan Tuhan (hablumminallah), pandangan hidup dan sekaligus jalan hidup (way of life).
Pendidikan terpadu harus memperhatikan jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan.























KESIMPULAN
Pendidikan terpadu sebagai suatu proses yang mengedepankan pendekatan keterpaduan menjadikan peserta didik sebagai pusat/subyek serta mengutamakan pengalaman langsung. Dalam pembelajarannya pemisahahan atau dikotomi antar bidang studi tidak terlihat jelas bahkan hampir tidak ada karena konsep dari berbagai bidang studi dilaksanakan dalam satu proses dalam berlangsungnya pembelajaran. Hal ini menjadikan peserta didik bisa berkembang sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.
Penyelenggaraan pendidikan terpadu ditentukan oleh perencanaan program yang tepat dan terarah yaitu dilakukan dengan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan alokasi waktu, dana, kebutuhan, dan perkembangan anak dan peningkatan kompetensi guru yang berimplikasi pada perbaikan pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan pembelajaran terpadu membutuhkan pemikiran-pemikiran analitis dalam penyusunan rencana strategik yang membutuhkan kemampuan prediktif berdasarkan data dan fakta, sehingga kebutuhan-kebutuhan pelaksanaannya dapat terpenuhi pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kunci keberhasilan lembaga yang menerapkan pembelajaran terpadu terletak pada kemampuan sumber daya manusia dalam mengejawantahkan konsep-konsep ideal yang tertuang dalam kurikulum. Dengan kata lain, reliabilitas personal dan profesional para guru dan pengelola lembaga menjadi faktor dominan bagi tercapainya tujuan pendidikan terpadu serta memberi kontribusi terbesar bagi peningkatan akses masyarakat. Sehingga keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu akan membantu orangtua mengoptimalkan perkembangan anak.















DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam. 2012. Jakarta: Kencana.
Arifin, Zaina. Pengembangan Managemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. 2012.Yogyakarta: DIVA Press.

Rossidy, Imron. Pendidikan Berparadigma Inklusif. 2009. Malang: UIN Malang Press.
Muhaimin, dkk.Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. 2001. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Depdiknas. Model Pembelajaran Terpadu, Artikel . 2004. Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Saud, Udin. Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar: Konsep Dasar dan Model-Model Implementasinya. 1996. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sri Anitah Wiryawan, Pikiran Rakyat, 11 April 2003.

http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html. Diakses pada tanggal 10 oktober 2015.
http://www.langkahpembelajaran.com/2014/10/pengertian-pembelajaran-terpadu-model.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar