Pendidikan sebagai media menjadi Insan Kamil

Minggu, 20 Desember 2015

DESAIN PEMBELAJARAN PAI ALTERNATIVE

Nama                           : Anis Zulia A’limatun Nisa
NIM                            : 102331115
Mata Kuliah                : Desain Pembelajaran PAI Alternatif

1.      Pengertian Desain Pembelajaran
Pengertia desain:
a.    Herbert Simon (Dick dan Carey,2006) mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
b.    Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang, desain pembelajaran berkaitan dengan pengaturan lingkungan dan kondisi siswa untuk memungkinkan siswa dapat belajar.
c.    Shambaugh (2006) menjelaskan bahwa desain pembelajaran sebagai “an intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and contruct structures possibilities to responsively address those needs”. Jadi desain pembelajaran diarahkan untuk menganilisi kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
d.   Gentry (1994) berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektifitas pencapaian tujuan.
e.    Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang dikehendaki.
f.     Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.
g.    Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul.

2.      Perbedaan antara  desain pembelajaran dan perencanaan pembelajaran yaitu [1]:
Desain Pembelajaran:
a.       Desain pembelajaran lebih ditekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa.
b.      Pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan desain didasarkan pada pada siswa yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.
c.       Untuk menyusun desain perlu mengetahui bagaiman siswa dapat mempelajari suatu bahan pembelajaran dengan mudah.
Perencanaan Pembelajaran:
a.       Perencanaan pembelajarn lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah.
b.      Pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkannya didasarkan pada kurikulum yang berlaku di suatu lembaga.
c.       Untuk menyusun perencanaan pembelajaran maka perlu mengetahui lebih dahulu bagaiman desain kurikulum yang ada di lembaga pendidikan.
3.      Rambu-rambu desain pembelajaran
Rambu- rambu desain intruksional adalah unsur-unsur pokok yang harus dimasukkan dalam perencanaan dan pengelolaan pengajaran dengan tujuan agar berlangsung sebagaimana mestinya.
Rambu-rambu Desain Instruksional:
a.         Meninjau apa yang menjadi tujuan intruksional, baik dalam aspek isi maupun dalam aspek perilaku dan merumuskan tujuan intruksional itu dengan kata-kata yang memadai.
b.        Meninjau keadaan awal yang actual.
c.         Memikirkan cara untuk mengusahakan diferensiasi intern.
d.        Meninjau materi pelajaran yang akan digunakan.
e.         Meninjau prosedur didaktik manakah yang akan digunakan, perencanaan pengajaran mengkongkritkan komponen lain dalam mengajar di kelas.
f.         Meninjau bentuk pengelompakan siswa.
g.        Meninjau media pengajaran dalam proses belajar mengajar.
h.        Meninjau cara mengimplementasikan rangkaian langkah-langkah intruksional, menyangkut penciptaan fase-fase dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan intruksional.
i.          Memikirkan bentuk evaluasi hasil belajar yang sesuai, baik pada akhir proses belajar mengajar tertentu maupun pada waktu diadakan ulangan akhir.
j.          Meninjau cara mengadakan evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang sudah dikelola.
k.        Memberikan motivasi kepada siswa untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar.
l.          Meninjau persyaratan untuk menciptakan suasana di kelas yang di satu pihak menjamin hubungan social yang baik dan dilain pihak menjamin suasana pergaulan pedagogis[2].
4.      Kinerja guru dalam mendesain pembelajaran[3].
a.         Mengidentifikasi secara cermat pokok bahasan / sub pokok bahasan yang telah digariskan dalam kurikulum / GBPP untuk dijadikan satuan bahasan yang akan diajarkan.
b.        Menentukan kelas satu semester dan alokasi waktu yang akan digunakan dalam mengajarkan satuan bahasan yang telah diidentifikasi.
c.          Merumuskan tujuan instruksional umum ( TIU ) atau memindahkan rumusan TIU yang terdapat dalam kurikulum / GBPP ke dalam satuan pelajaran.
d.        Merumuskan tujuan instruksional kusus (TIK) sacara spesifik, operasional, jelas, relevan,berdasarkantujuan instruksional umum ( TIU).
e.         Merinci materi pelajara, yang sidasarkan kepada bahan pengajaran dalam GBPP dan TIK yang hendak di capai.
f.         Merencanakan kegiatan belajar menganjar ( KBM ) secara cermat, jelas, tegas, sistematis, logis sesui dengan TIK yang hendak dicapai dan materi pelajaran yang akan disampaikan, yang meliputi strategi / metode dan pokok-pokok kegiatan siswa-guru.
g.        Mempersiapkan dan melakukan variasi kegiatan sesui dengan tututan interaksi beljar-mengajar, motivasi dan kebutuhan siswa lainnya.
h.        Memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarkat .
i.           Merancang secara teliti prosedur prosedur penilaian atau evaluasi sesuai dengan tujuan instruktusional khusus ( TIK ) yang hendak dicapai.
j.          Menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan ditulis menurut ketentuanyang berlaku ( EYD )
k.        Menyusun satuan pelajaran ( satpel ) sesuai dengan bentuk yang dirancang prosedur pengembangan system intruksional ( PPSI ), sebagaimana tertera pada halaman lampiran..
5.      Perbedaan fungsi perencanaan dan fungsi desain pembelajaran
Fungsi Perencanaan Pembelajaran[4]:
a.       Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat  meningkatkan dan memperbaiki program.
b.       Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
c.       Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.  
d.      Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal  seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e.       Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f.       Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.
g.      Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara seimbang.
h.      Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
6.      Pengertian model desain pembelajaran
Model model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.
Jadi,Model desain pembelajaran adalah pola dan prosedur  yanglebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Model desain pembelajaran gambaran mental tentang suatu yang abstrak untuk dijelaskan secara konkrit dengan menuangkan dalam gambar atau bagan untuk dilakukan pemahaman penerapan metode secara tepat untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dari diri siswa.
7.      Model-model desain pembelajaran[5].
Model-model desain yang dikembangkan oleh para ahli, antara lain:
a.         Model Kemp
Model desain yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus, pengembangan desainnya terdiri dariatas komponen-komponen yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul, namun tidak ditentukan komponen yang seharusnya dikembangkan oleh guru.Mengembangkan bisa dari mana saja asal urutannya tidak berubah dan setiap komponen memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal.
Komponen-komponen tersebut, antara lain:
1.       Hasil yang ingin dicapai,
2.       Analisis tes mata pelajaran
3.       Tujuan khusus belajar,
4.       Aktivitas belajar,
5.       Sumber belajar,
6.       Layanan pendukung,
7.       Evaluasi Belajar,
8.       Tes awal,
9.       Karakteristik Belajar.




Kesembilan komponen tersebut serlalu direvisi setelah dilakukan evaluasi, baik evaluasi sumatif maupun formatif untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, priorotas, dan berbagai kendala yang muncul.
(Model Desain Kemp)
b.        Model Banathy
Model ini memandang bahwa penyusunan system intruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas, antara lain:
1.    Menganalisi dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan system maupun tujuan spesifik.
2.    Merumuskan criteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3.    Menganalisi dan merumuskan kegiatan belajar, yakni mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar mengajar dan menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dilakukan.
4.    Merancang system, yaitu menganalisis system setiap komponen system, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
5.    Mengimplementasikan dan melakuka control kualitas system, yakni melatih sekaligus menilai efektivitas system, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
6.    Mengdakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
Tahap nomor 1s/d 4 merupakan tahpan dalam rangka proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dirumuskan.
c.         Model Dick and Cery
Dalam mendesan model Dick and Cary harus dimulai dengan identifikasi tujuan pembelajaran umum. Sebelum desainer merumuskan tujuan khusus maka perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu karena rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar, setelah itu merumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test, artunya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus maka perlu pengembangan strategi pembelajaran kemudian dikembangkan menjadi bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan evaluasi baki evaluasi sumatif maupun formatif.
d.        Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
Model PPSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk pelaksanaan kurikulum 1975. Model ini berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
PPSI terdiri dari lima tahap:
1.        Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa.
2.        Mengembangkan alat evaluasi, yaitu menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan.
3.        Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar yang perlu ditempuih.
4.        Mengembangkan progam kegiatan pembelajaran, yaitu merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
5.        Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes dan melakukan perbaikan.
§  Pola Pengembangan Model PPSI
II.Perumusan tujuan
1.   Menggunakan sistem yang operasional
2.   Berbentuk hasil belajar
3.   Berbentuk tingkah laku
4.   Hanya ada satu tingkah laku
III. kegiatan belajar
1.     Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
2.      Menetapkan kegiatan belajar yng tidak perlu ditempuh
3.     Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
IV. Pengembangan program kegiatan
1.   Merumuskan materi pelajaran
2.   Menetapkan metode yang dipakai
3.   Memilih alat pelajaran dan sumber yang dipakai
4.   Menyusun jadwal
I.  Pengembangan alat evaluasi
1.        Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya  tujuan
2.        Menyusun (item soal) untuk menilai masing-masing tujuan
V. Pelaksanaan
1.        Mengadakan pretes
2.        Menyampaikan materi pelajaran
3.        Mengadakan postes
4.        perbaikan
 


   
















8.      Pola- pola pengembangan desain pembelajaran[6]:
a.         PPSI
Yaitu langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu system dalam mencapai tujuan yang diterapkan secara efektif dan efisien .
b.        Model Briggs
Yaitu model pengembangan system dengan sasaran guru sebagai desainer kegiatan intruksional.
c.         Model Bela H.Banoty
Gambaran pengembangan system intruksionalnya meliputi: merumuskan tujuan, mengembangkan tes, menganalisis kegiatan belajar, mendfesaian Sistem Intruksioanal, melaksanakan kegiatan dan mengetes  hasil dan mengadakan perbaikan.
9.      Perbedaan model-model pembelajaran[7]:
a.       Model Classroom Meeting
Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri, dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok.Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif.Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih berorientasi pada proses, sedangkan PAI di samping menekankan pada proses tetapi juga menekankan pada penguasan materi, sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami dan dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Model Cooperative Learning
Untuk mengem-bangkan kemampuan bekerja sama dan memecahkan masalah dapat menggunakan model cooperative learning. Model ini dikembangakan salah satunya oleh Robert E. Slavin.
Karakteristik pendekatan cooperative learning:
1.       Individual Accountability
Setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentu-kan oleh tanggung jawab setiap anggota.
2.       Social Skills
Social Skiils meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok.
3.       Positive Interdependence
Sifat yang menunjukkan saling keter-gantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif, disini siswa berkolaborasi bukan berkompetensi.
4.       Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
c.       Model Integrated Learning
Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Ciri-ciri pembelajaran terpadu:
1)   Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi/pokok bahasan sekaligus untuk memahami fenomena dari segala sisi.
2)   Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.
3)   Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, yang tidak secara langsung dapat memotivasi siswa untuk belajar.
d.      Model Constructivist Learning
Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang model pembelajaran konstruktivisme:
1)   Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.
2)   Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on.
3)   Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konsep-tual.
4)   Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif.
5)   Mengutamakan terjadikan interaksi social.
e.       Model Inquiry Learning
Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah yaitu:
1)   Merumuskan masalah
2)   Merumuskan hipotesi
3)   Mendefinisikan istilah (konseptualisasi)
4)   Mengumpulkan data
5)   Penyajian dan analisis data
6)   Menguji hipotesis
7)   Memulai inkuiri baru.
f.       Model Quantum Learning
Quantum Learning merupakan pengubahan berbagai interaksi yang ada pada momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum:
1)        Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap pemahaman tentang apa manfaat setiap pelajaran bagi diri siswa
2)        Alami: Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh semua siswa.
3)        Namai: Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai masukan.
4)        Demonstrasikan: Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka sudah ketahui.
5)        Ulangi: Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi dan menegas-kan ”Aku Tahu Bahwa Aku Memang Tahu”
6)        Rayakan: Guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyele-saian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan pengetahuan siswa.

10.  Aplikasi model desain pembelajaran PAI alternative
Contoh aplikasi Model Garlach dan Ely

Nama Sekolah             : SMP N 2 Lamongan
Kelas/Semester            : IX/2 (Dua)
Mata Pelajaran            : PAI
Alokasi Waktu            : 2 x 40 menit
Pertemuan                   : 1 pertemuan

a.       Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Standar Kompetensi
      Memahami Alquran Surat Al Insyirah
Kompetensi Dasar
      Menampilkan bacaan QS. Al insyirah dengan tartil dan benar
Indicator
      Siswa membaca QS.Al Insyirah dengan tartil dan benar dibawah bimbingan guru PAI.
b.      Menentukan Isi Pelajaran
1.      QS. Al Insyirah
2.      Terjemahan lengkap
3.      Terjemahan perkata
4.      Kandungan surat
5.      Implementasi
c.       Penilaian Kemampuan Siswa
1.      Guru memberikan pretes untuk menegtahui apa yang sudah diperoleh siswa sebelumnya.
2.      Data tentang pengetahn awal/kesiapan
a.       Jelaskan dengan singkat materi yang telah anda pahami.
b.      Apa manfaat yang anda peroleh setelah mendapatkan materi tersebut.
d. Menentukan Strategi Pembelajaran
strategi yang digunakan adalah ceramah dan diskusi, jadi siswa tidak hanya memperoleh dari guru namun siswa bisa menemukan sendiri.
d.      Pengelolaan Kelas
Kelas dibagi menjadi 4 kelompok, kemudian guru memerintahkan untuk diskusi tentang kandungan apa yang terdapat dala surat tersebut serta bagaiman implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian setiap kperwakilan kelompok maju untuk mempresentsikan hasil diskusi, falam hal ini guru hanya sebagai fasilitator, yang aktif adalah siswa.
e.       Pembagian waktu
Untuk materi ini, memerlukan 3 kali pertemuan, setiap satu kali pertemuan 2 X 40 menit atau sama dengan dua jam pelajaran
f.       Penyiapan Ruang
Selama pembelajaran berlangsung di dalam satu ruangan yang sama, yaitu di kelas 9A, Ruangan berukuran 8x 12 meter persegi idealuntuk menampung 20 siswa. Ruang kelas dilengkapi LCD, Whiteboard, meja display, dan perlengkapan proyeksi.
g.      Penyediaan Media Pembelajaran
1.      Buku Teks: Buku Paket PAI kelas 9, alquran, buku tajwid, LKS PAI dan sumber dari internet.
2.      Perlengkapan
a)      Whiteboard 1 buah
b)      Overhead projector 1 buah
c)      LCD 1 buah dan lain-lain.
h.      Penilaian
Tes Objektif berbentuk lisan dan tulis, tes tulis pilihan ganda dan soal cerita.Ada 10 soal yang komposisinya seimbang dan dibuat berdasarkan tujuan yang telah disusun sebelumnya.
i.        Analisis Umpan Balik
Kegiatan evaluasi tidak semata-mata membuat soal, tetapi meliputi pengumpulan data mengenai kegiatan proses pelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, memonitor proses pembelajaran, serta mengukur tercapai tidaknya hasil belajar para siswa,. Evaluasi merupakan proses kegiatan yang menghasilkan laporan untuk kemudian dianalisis untuk memperoleh umpan balik berupa informasi apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Jika tujuan pembelajaran belum tercapai, maka harus dicari kelemahannya dan dilakukan remedial. Kegiatan evaluasi didalam proses pembelajaran itu bukan semata-mata menilai para siswa saja, melainkan juga ditujukan pada sistem pembelajaran yang dilakukan.

DESAIN METODE PEMBELAJARAN PAI
BAB “MENGAMALKAN AJARAN ALQURAN SURAH AL-INSYIRAH”
(Metode Ceramah dan Diskusi)

(Guru Menyampaikan materi Q.S Al Insyirah)
(Siswa berdiskusi tentang kandungan dan Guru mengawasi proses diskusi)
(Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi)                                                      
                                          
                                                                                    (Guru Mengklarifikasi HasilDiskusi )














Daftar Pustaka


Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)
W.S.Winkel, (Jakarta: PT Gramedia,1986),
Hamamik, Oemar, 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan.  Jakarta : PT BUMI AKSARA.




[1] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Hlm. 70
[2] W.S.Winkel, (Jakarta: PT Gramedia,1986), hlm 250-255
[4]http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/manfaat-dan-fungsi-perencanaan.html
[5]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 71-77.
[7] http://xena11-collection.blogspot.com/2011/04/model-desain-pembelajaran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar