Nama :
Anis Zulia A’limatun Nisa
NIM :
102331115
Mata Kuliah :
Desain Pembelajaran PAI Alternatif
1.
Pengertian
Desain Pembelajaran
Pengertia desain:
a.
Herbert
Simon (Dick dan Carey,2006) mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah.
Tujuan desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah
dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
b.
Gagne
(1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses
belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan
jangka panjang, desain pembelajaran berkaitan dengan pengaturan lingkungan dan
kondisi siswa untuk memungkinkan siswa dapat belajar.
c.
Shambaugh
(2006) menjelaskan bahwa desain pembelajaran sebagai “an intellectual process
to help teachers systematically analyze learner needs and contruct structures
possibilities to responsively address those needs”. Jadi desain pembelajaran
diarahkan untuk menganilisi kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian
berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
d.
Gentry
(1994) berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan
tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang
media yang dapat digunakan untuk efektifitas pencapaian tujuan.
e.
Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah
Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan
agar timbul perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah
yang dikehendaki.
f.
Menurut Briggs Desain pembelajaran adalah
Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan
penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.
g.
Menurut Seels dan Richey Desain pembelajaran
adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk
menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program
pelajaran atau modul.
2.
Perbedaan
antara desain pembelajaran dan
perencanaan pembelajaran yaitu [1]:
Desain Pembelajaran:
a.
Desain
pembelajaran lebih ditekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk
membantu proses belajar siswa.
b.
Pertimbangan
dalam menyusun dan mengembangkan desain didasarkan pada pada siswa yang akan
belajar dan mempelajari bahan pelajaran.
c.
Untuk
menyusun desain perlu mengetahui bagaiman siswa dapat mempelajari suatu bahan
pembelajaran dengan mudah.
Perencanaan Pembelajaran:
a.
Perencanaan
pembelajarn lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu
kurikulum sekolah.
b.
Pertimbangan
dalam menyusun dan mengembangkannya didasarkan pada kurikulum yang berlaku di
suatu lembaga.
c.
Untuk
menyusun perencanaan pembelajaran maka perlu mengetahui lebih dahulu bagaiman
desain kurikulum yang ada di lembaga pendidikan.
3.
Rambu-rambu
desain pembelajaran
Rambu- rambu
desain intruksional adalah unsur-unsur pokok yang harus dimasukkan dalam
perencanaan dan pengelolaan pengajaran dengan tujuan agar berlangsung
sebagaimana mestinya.
Rambu-rambu
Desain Instruksional:
a.
Meninjau
apa yang menjadi tujuan intruksional, baik dalam aspek isi maupun dalam aspek
perilaku dan merumuskan tujuan intruksional itu dengan kata-kata yang memadai.
b.
Meninjau
keadaan awal yang actual.
c.
Memikirkan
cara untuk mengusahakan diferensiasi intern.
d.
Meninjau
materi pelajaran yang akan digunakan.
e.
Meninjau
prosedur didaktik manakah yang akan digunakan, perencanaan pengajaran
mengkongkritkan komponen lain dalam mengajar di kelas.
f.
Meninjau
bentuk pengelompakan siswa.
g.
Meninjau
media pengajaran dalam proses belajar mengajar.
h.
Meninjau
cara mengimplementasikan rangkaian langkah-langkah intruksional, menyangkut
penciptaan fase-fase dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan
intruksional.
i.
Memikirkan
bentuk evaluasi hasil belajar yang sesuai, baik pada akhir proses belajar
mengajar tertentu maupun pada waktu diadakan ulangan akhir.
j.
Meninjau
cara mengadakan evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang sudah dikelola.
k.
Memberikan
motivasi kepada siswa untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar.
l.
Meninjau
persyaratan untuk menciptakan suasana di kelas yang di satu pihak menjamin
hubungan social yang baik dan dilain pihak menjamin suasana pergaulan pedagogis[2].
4.
Kinerja
guru dalam mendesain pembelajaran[3].
a.
Mengidentifikasi
secara cermat pokok bahasan / sub pokok bahasan yang telah digariskan dalam
kurikulum / GBPP untuk dijadikan satuan bahasan yang akan diajarkan.
b.
Menentukan
kelas satu semester dan alokasi waktu yang akan digunakan dalam mengajarkan
satuan bahasan yang telah diidentifikasi.
c.
Merumuskan tujuan instruksional umum ( TIU )
atau memindahkan rumusan TIU yang terdapat dalam kurikulum / GBPP ke dalam
satuan pelajaran.
d.
Merumuskan
tujuan instruksional kusus (TIK) sacara spesifik, operasional, jelas, relevan,berdasarkantujuan
instruksional umum ( TIU).
e.
Merinci
materi pelajara, yang sidasarkan kepada bahan pengajaran dalam GBPP dan TIK
yang hendak di capai.
f.
Merencanakan
kegiatan belajar menganjar ( KBM ) secara cermat, jelas, tegas, sistematis,
logis sesui dengan TIK yang hendak dicapai dan materi pelajaran yang akan
disampaikan, yang meliputi strategi / metode dan pokok-pokok kegiatan siswa-guru.
g.
Mempersiapkan
dan melakukan variasi kegiatan sesui dengan tututan interaksi beljar-mengajar,
motivasi dan kebutuhan siswa lainnya.
h.
Memilih
alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarkat .
i.
Merancang secara teliti prosedur prosedur
penilaian atau evaluasi sesuai dengan tujuan instruktusional khusus ( TIK )
yang hendak dicapai.
j.
Menggunakan
bahasa yang jelas, mudah dipahami dan ditulis menurut ketentuanyang berlaku (
EYD )
k.
Menyusun
satuan pelajaran ( satpel ) sesuai dengan bentuk yang dirancang prosedur
pengembangan system intruksional ( PPSI ), sebagaimana tertera pada halaman
lampiran..
5.
Perbedaan
fungsi perencanaan dan fungsi desain pembelajaran
Fungsi Perencanaan Pembelajaran[4]:
a.
Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan
menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang
dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b.
Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan
muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami
proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram
secara utuh.
c.
Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan
akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien
untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi
pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d.
Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang
memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru,
siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal
seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat
mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang
hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e.
Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun
secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah
dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui
fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang
akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f.
Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan
yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.
g.
Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar
menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya
berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan
ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara seimbang.
h.
Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses
pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi
pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat
memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran
selanjutnya.
6.
Pengertian
model desain pembelajaran
Model model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
melakukan suatu kegiatan.
Jadi,Model desain pembelajaran adalah pola dan
prosedur yanglebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan
strategi pembelajaran tertentu.
Model desain pembelajaran gambaran mental
tentang suatu yang abstrak untuk dijelaskan secara konkrit dengan menuangkan
dalam gambar atau bagan untuk dilakukan pemahaman penerapan metode secara tepat
untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dari diri siswa.
7.
Model-model
desain pembelajaran[5].
Model-model
desain yang dikembangkan oleh para ahli, antara lain:
a.
Model
Kemp
Model desain yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang
membentuk siklus, pengembangan desainnya terdiri dariatas komponen-komponen
yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang
timbul, namun tidak ditentukan komponen yang seharusnya dikembangkan oleh
guru.Mengembangkan bisa dari mana saja asal urutannya tidak berubah dan setiap
komponen memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal.
Komponen-komponen
tersebut, antara lain:
1. Hasil yang ingin dicapai,
2. Analisis tes mata pelajaran
3. Tujuan khusus belajar,
4. Aktivitas belajar,
5. Sumber belajar,
6. Layanan pendukung,
7. Evaluasi Belajar,
8. Tes awal,
9. Karakteristik Belajar.
Kesembilan komponen tersebut serlalu direvisi setelah dilakukan
evaluasi, baik evaluasi sumatif maupun formatif untuk menentukan kebutuhan
siswa, tujuan yang ingin dicapai, priorotas, dan berbagai kendala yang muncul.
(Model Desain Kemp)
b.
Model
Banathy
Model
ini memandang bahwa penyusunan system intruksional dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang jelas, antara lain:
1.
Menganalisi
dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan system maupun tujuan spesifik.
2.
Merumuskan
criteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3.
Menganalisi
dan merumuskan kegiatan belajar, yakni mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar
mengajar dan menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada
serta menentukan kegiatan yang mungkin dilakukan.
4.
Merancang
system, yaitu menganalisis system setiap komponen system, mendistribusikan dan
mengatur penjadwalan.
5.
Mengimplementasikan
dan melakuka control kualitas system, yakni melatih sekaligus menilai
efektivitas system, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
6.
Mengdakan
perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
Tahap nomor 1s/d 4 merupakan tahpan dalam rangka proses rancangan,
sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah
dirumuskan.
c.
Model
Dick and Cery
Dalam mendesan model Dick and Cary harus dimulai dengan
identifikasi tujuan pembelajaran umum. Sebelum desainer merumuskan tujuan
khusus maka perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal
siswa terlebih dahulu karena rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari
kemampuan dasar, setelah itu merumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference
Test, artunya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk
mencapai tujuan khusus maka perlu pengembangan strategi pembelajaran kemudian
dikembangkan menjadi bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan,
langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan evaluasi baki evaluasi sumatif
maupun formatif.
d.
Model
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
Model PPSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk
pelaksanaan kurikulum 1975. Model ini berfungsi untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik, untuk dijadikan
sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
PPSI terdiri dari lima tahap:
1.
Merumuskan
tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa.
2.
Mengembangkan
alat evaluasi, yaitu menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk
masing-masing tujuan.
3.
Mengembangkan
kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar
dan menyeleksi kegiatan belajar yang perlu ditempuih.
4.
Mengembangkan
progam kegiatan pembelajaran, yaitu merumuskan materi pelajaran, menetapkan
metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
5.
Pelaksanaan
program, yaitu kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan psikotes dan melakukan perbaikan.
§ Pola Pengembangan Model PPSI
II.Perumusan tujuan
1. Menggunakan sistem yang
operasional
2. Berbentuk hasil belajar
3. Berbentuk tingkah laku
4. Hanya ada satu tingkah
laku
|
III. kegiatan belajar
1. Merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
2. Menetapkan kegiatan belajar yng tidak
perlu ditempuh
3. Menetapkan kegiatan
yang akan ditempuh
|
IV. Pengembangan program kegiatan
1. Merumuskan materi
pelajaran
2. Menetapkan metode yang
dipakai
3. Memilih alat pelajaran
dan sumber yang dipakai
4. Menyusun jadwal
|
I. Pengembangan alat
evaluasi
1.
Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk menilai
tercapai tidaknya tujuan
2.
Menyusun (item soal) untuk menilai masing-masing tujuan
|
V. Pelaksanaan
1.
Mengadakan pretes
2.
Menyampaikan materi pelajaran
3.
Mengadakan postes
4.
perbaikan
|
8.
Pola-
pola pengembangan desain pembelajaran[6]:
a.
PPSI
Yaitu
langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu system dalam
mencapai tujuan yang diterapkan secara efektif dan efisien .
b.
Model
Briggs
Yaitu
model pengembangan system dengan sasaran guru sebagai desainer kegiatan
intruksional.
c.
Model
Bela H.Banoty
Gambaran
pengembangan system intruksionalnya meliputi: merumuskan tujuan, mengembangkan
tes, menganalisis kegiatan belajar, mendfesaian Sistem Intruksioanal,
melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
dan mengadakan perbaikan.
9.
Perbedaan
model-model pembelajaran[7]:
a. Model Classroom Meeting
Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang
dirancang untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri, dan rasa tanggung jawab
pada diri sendiri dan kelompok.Strategi mengajar model ini mendorong siswa
belajar secara aktif.Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan
pembahasan materi, karena lebih berorientasi pada proses, sedangkan PAI di
samping menekankan pada proses tetapi juga menekankan pada penguasan materi,
sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami dan dihayati
serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Model Cooperative Learning
Untuk mengem-bangkan kemampuan bekerja sama dan memecahkan
masalah dapat menggunakan model cooperative learning. Model ini dikembangakan
salah satunya oleh Robert E. Slavin.
Karakteristik pendekatan cooperative learning:
1. Individual Accountability
Setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga
keberhasilan kelompok sangat ditentu-kan oleh tanggung jawab setiap anggota.
2. Social Skills
Social Skiils meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial
dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi
kepentingan kelompok.
3. Positive Interdependence
Sifat yang menunjukkan saling keter-gantungan satu terhadap
yang lain di dalam kelompok secara positif, disini siswa berkolaborasi bukan
berkompetensi.
4. Group Processing, proses perolehan
jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
c. Model Integrated Learning
Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok
untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna dan otentik.
Ciri-ciri pembelajaran terpadu:
1) Holistik, suatu peristiwa yang
menjadi pusat perhatian dalam dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa
bidang studi/pokok bahasan sekaligus untuk memahami fenomena dari segala sisi.
2) Bermakna, keterkaitan antara
konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan
diharapkan siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.
3) Aktif, pembelajaran terpadu
dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, yang tidak secara langsung dapat memotivasi siswa
untuk belajar.
d. Model Constructivist Learning
Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang model
pembelajaran konstruktivisme:
1) Mengakui adanya konsep awal yang
dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.
2) Menekankan pada kemampuan minds-on
dan hands-on.
3) Mengakui bahwa dalam proses
pembelajaran terjadi perubahan konsep-tual.
4) Mengakui bahwa pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif.
5) Mengutamakan terjadikan interaksi
social.
e. Model Inquiry Learning
Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah yaitu:
1) Merumuskan masalah
2) Merumuskan hipotesi
3) Mendefinisikan istilah (konseptualisasi)
4) Mengumpulkan data
5) Penyajian dan analisis data
6) Menguji hipotesis
7) Memulai inkuiri baru.
f. Model Quantum Learning
Quantum Learning merupakan pengubahan berbagai interaksi
yang ada pada momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur
belajar yang efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum:
1)
Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap
pemahaman tentang apa manfaat setiap pelajaran bagi diri siswa
2)
Alami: Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh
semua siswa.
3)
Namai: Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus,
strategi sebagai masukan.
4)
Demonstrasikan: Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi
siswa untuk menunjukkan apa yang mereka sudah ketahui.
5)
Ulangi: Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi dan
menegas-kan ”Aku Tahu Bahwa Aku Memang Tahu”
6)
Rayakan: Guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap
penyele-saian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan pengetahuan siswa.
10.
Aplikasi
model desain pembelajaran PAI alternative
Contoh aplikasi Model Garlach dan Ely
Nama Sekolah : SMP
N 2 Lamongan
Kelas/Semester :
IX/2 (Dua)
Mata Pelajaran :
PAI
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : 1 pertemuan
a.
Merumuskan
Tujuan Pembelajaran
Standar
Kompetensi
Memahami Alquran Surat Al Insyirah
Kompetensi
Dasar
Menampilkan bacaan QS. Al insyirah dengan
tartil dan benar
Indicator
Siswa membaca QS.Al Insyirah dengan tartil
dan benar dibawah bimbingan guru PAI.
b.
Menentukan
Isi Pelajaran
1.
QS.
Al Insyirah
2.
Terjemahan
lengkap
3.
Terjemahan
perkata
4.
Kandungan
surat
5.
Implementasi
c.
Penilaian
Kemampuan Siswa
1.
Guru
memberikan pretes untuk menegtahui apa yang sudah diperoleh siswa sebelumnya.
2.
Data
tentang pengetahn awal/kesiapan
a.
Jelaskan
dengan singkat materi yang telah anda pahami.
b.
Apa
manfaat yang anda peroleh setelah mendapatkan materi tersebut.
d. Menentukan Strategi Pembelajaran
strategi yang digunakan adalah ceramah dan diskusi, jadi siswa
tidak hanya memperoleh dari guru namun siswa bisa menemukan sendiri.
d.
Pengelolaan
Kelas
Kelas dibagi menjadi 4 kelompok, kemudian guru memerintahkan untuk
diskusi tentang kandungan apa yang terdapat dala surat tersebut serta bagaiman
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian setiap kperwakilan
kelompok maju untuk mempresentsikan hasil diskusi, falam hal ini guru hanya
sebagai fasilitator, yang aktif adalah siswa.
e.
Pembagian
waktu
Untuk
materi ini, memerlukan 3 kali pertemuan, setiap satu kali pertemuan 2 X 40
menit atau sama dengan dua jam pelajaran
f.
Penyiapan
Ruang
Selama
pembelajaran berlangsung di dalam satu ruangan yang sama, yaitu di kelas 9A,
Ruangan berukuran 8x 12 meter persegi idealuntuk menampung 20 siswa. Ruang
kelas dilengkapi LCD, Whiteboard, meja display, dan perlengkapan proyeksi.
g.
Penyediaan
Media Pembelajaran
1.
Buku
Teks: Buku Paket PAI kelas 9, alquran, buku tajwid, LKS PAI dan sumber dari
internet.
2.
Perlengkapan
a)
Whiteboard
1 buah
b)
Overhead
projector 1 buah
c)
LCD
1 buah dan lain-lain.
h.
Penilaian
Tes Objektif berbentuk lisan dan tulis, tes tulis pilihan ganda dan
soal cerita.Ada 10 soal yang komposisinya seimbang dan dibuat berdasarkan
tujuan yang telah disusun sebelumnya.
i.
Analisis
Umpan Balik
Kegiatan
evaluasi tidak semata-mata membuat soal, tetapi meliputi pengumpulan data
mengenai kegiatan proses pelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran,
memonitor proses pembelajaran, serta mengukur tercapai tidaknya hasil belajar
para siswa,. Evaluasi merupakan proses kegiatan yang menghasilkan laporan untuk
kemudian dianalisis untuk memperoleh umpan balik berupa informasi apakah tujuan
pembelajaran sudah tercapai atau belum. Jika tujuan pembelajaran belum
tercapai, maka harus dicari kelemahannya dan dilakukan remedial. Kegiatan
evaluasi didalam proses pembelajaran itu bukan semata-mata menilai para siswa
saja, melainkan juga ditujukan pada sistem pembelajaran yang dilakukan.
DESAIN
METODE PEMBELAJARAN PAI
BAB
“MENGAMALKAN AJARAN ALQURAN SURAH AL-INSYIRAH”
(Metode Ceramah
dan Diskusi)
(Guru Menyampaikan materi Q.S Al Insyirah)
(Siswa berdiskusi tentang kandungan dan Guru
mengawasi proses diskusi)
(Siswa
Mempresentasikan Hasil Diskusi)
(Guru
Mengklarifikasi HasilDiskusi )
Daftar Pustaka
Wina
Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012)
W.S.Winkel,
(Jakarta: PT Gramedia,1986),
Hamamik,
Oemar, 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan.
Jakarta : PT BUMI AKSARA.
[1]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,( Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), Hlm. 70
[2]
W.S.Winkel, (Jakarta: PT Gramedia,1986), hlm 250-255
[4]http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/manfaat-dan-fungsi-perencanaan.html
[5]Wina
Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm. 71-77.
[7]
http://xena11-collection.blogspot.com/2011/04/model-desain-pembelajaran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar